Pemkab Kotawaringin Timur Normalisasi Sungai Baamang Atasi Banjir

FacebookWhatsAppXShare

KABAR KALIMANTAN1, Sampit – Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah (Kalteng) melakukan pengerukan atau normalisasi Sungai Baamang dalam rangka penanganan banjir di Kota Sampit yang kerap terjadi ketika musim hujan.

Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, Bina Konstruksi, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DSDABMBKPRKP) Kotim Mentana Dhinar Tistama di Sampit, Jumat (5/4), mengatakan normalisasi Sungai Baamang telah mencapai 90 persen.

“Selama Ramadhan ini pengerukan Sungai Mentaya masih terus berlanjut, saat ini tersisa sekitar 500 meter lagi,” kata Mentana.

Kegiatan ini dimulai November 2023. Sejauh ini sudah 6.340 meter dari panjang Sungai Baamang dikeruk dan tersisa 514 meter lagi hingga mencapai muara sungai yang ditargetkan selesai pada akhir April 2024.

Normalisasi sungai maupun saluran air merupakan kegiatan yang bersifat komprehensif. Artinya, dalam penanganannya tidak bisa per satu titik, melainkan dilakukan secara menyeluruh.

Kondisi tersebut menyebabkan masih adanya wilayah di Kota Sampit yang terendam banjir ketika hujan, meskipun sebagian alur sungai telah dinormalisasi, karena pengerjaan memang belum selesai.

Menurutnya, pengerukan Sungai Baamang ini sebenarnya hanya sebagian kecil dari tahapan normalisasi saluran air, baik itu sungai maupun drainase di Kota Sampit. Masih banyak titik atau lokasi yang perlu ditangani secara bertahap.

“Saat ini kami menangani saluran utamanya dulu, yaitu Sungai Baamang, setelah ini dilanjutkan dengan drainase-drainase dalam kota,” ucapnya.

Ia mengatakan saat ini ada dua alat berat yang dikerahkan untuk kegiatan normalisasi sungai, yakni ekskavator amfibi yang fokus menangani Sungai Baamang dan ekskavator long arm untuk normalisasi saluran air di Jalan Ir Soekarno atau Lingkar Utara Sampit.

Setelah kedua jalur tersebut selesai, normalisasi akan dilanjutkan untuk drainase dalam kota yang sementara ini masih dikerjakan secara manual.

“Untuk drainase dalam kota tetap dikerjakan oleh tenaga rutin kami, tapi karena jumlah tenaganya terbatas, sehingga tidak bisa mengerjakan semua sekaligus,” ujarnya.

Mentana menambahkan setelah kegiatan normalisasi selesai, pihaknya akan melakukan kajian secara menyeluruh.

Selain kondisi saluran air yang belum memadai, topografi Sampit yang rendah dan siklus pasang-surut sungai berpengaruh terhadap terjadinya banjir. Kendati begitu, dengan kegiatan normalisasi diharapkan air bisa lebih cepat surut ,karena kondisi saluran air yang lancar.

Mentana berharap partisipasi masyarakat, salah satunya dengan tidak membuang sampah ke saluran air, baik itu sungai maupun drainase, karena masih banyak menemukan sampah yang dibuang ke drainase maupun sungai.

“Normalisasi ini memang butuh usaha yang besar dan peran serta masyarakat, misalnya kesadaran dalam membuang sampah. Karena ini demi kepentingan bersama,” kata Mentana.

 

 

Sumber: ANTARA

FacebookWhatsAppXShare

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *