Piala Dunia 2022

Versi Quartz, Prancis Aslinya Mewakili Benua Afrika

KABARKALIMANTAN1,
Doha – Quartz merilis ada 136 pemain di Piala Dunia 2022 yang tidak membela negara leluhur mereka. Dari jumlah itu, 130 bermain untuk tim-tim Afrika.

Dari 59 pemain kelahiran Prancis, lebih dari separuh membela tim nasional negara-negara Afrika. Toh mereka tetap kuat meski dibela mayoritas pemain berdarah non-Prancis.

Karena itu ada pertanyaan, Prancis tim Eropa? Mari cek daftar pemain-pemain mereka saat menaklukkan Inggris pada perempat final lalu.

Kylian Mbappe, sang gelandang tukang gedor andalan tim Ayam Jago adalah putra dari seorang ayah keturunan Kamerun dan ibunda dari Aljazair. Di sayap kanan, ada Ousmane Dembele yang ibundanya campuran Senegal-Mauritania dan ayahnya dari Mali.

Aurélien Tchouaméni, jangkar di tengah formasi adalah keturunan Kamerun. Di lini belakang ada Dayot Upamecano (Guinea-Bissau) dan Jules Koundé (Benin). Artinya, tak lebih dari separuh pemain Eropa pada tim inti itu sebab bek Raphael Varane sedianya berasal dari Martinique di lepas pantai Amerika Selatan.

Di antara 13 pemain pengganti Timnas Prancis, hanya 2 yang asli Eropa. Sisanya merupakan keturunan Afrika dan satu keturunan Filipina. Secara total, dari 24 pemain yang dibawa dalam pertandingan melawan Inggris, hanya 29 persen keturunan Eropa.

Secara keseluruhan, Prancis lebih mirip African All Stars alias kumpulan pemain-pemain terbaik keturunan Afrika. Negara asalnya merentang dari Mali, Senegal, Benin, Maroko, Guinea-Bissau, Kongo, Kamerun, Aljazair, dan Angola. Komposisi ini mirip dengan saat Prancis menjuarai Piala Dunia 2018 di Rusia.

Demografi pemain Prancis itu tak lepas dari sejarah kolonialisme negara tersebut. Prancis memulai proyek kolonisasi sejak abad ke-17 di Benua Amerika dan wilayah Karibia. Kemudian sejak 1850, mereka mulai mencaplok satu per satu wilayah Afrika. Hingga awal abad ke-20, hampir seluruh Afrika Barat dan Afrika Utara dikuasai Prancis.

Perampasan kekayaan dari negara-negara jajahan itu kerap dibumbui dengan alasan agama dan rasialis. Para penjajah Prancis kala itu berdalih, mereka perlu menyebarkan budaya Eropa dan agama Kristen ke wilayah-wilayah jajahan sebagai kewajiban “ras yang lebih beradab” untuk mendidik “ras-ras inferior”.

Namun uniknya, orang-orang jajahan itu banyak yang berimigrasi ke Prancis. Mereka beranak-pinak, dari generasi ke generasi berikutnya. Lalu anak-anak mereka akhirnya tampak sangat Prancis sekali, dalam sikap dan nasionalisme.

Kylian Mbappe dkk adalah produk tersebut. Mereka setidaknya lebih dihargai dibanding imigran di Jerman.

“Saat juara, kami disebut bangsa Jerman. Tapi saat kalah, mereka menyebut kami imigran,” sentil Mezut Ozil, bintang Jerman berdarah Turki yang ikut membawa der Panzer juara dunia.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top
error: Content is protected !!