FKPT Kaltara: Perkokoh Kearifan Lokal jadi Upaya Tangkal Radikalisme

FacebookWhatsAppXShare

KABAR KALIMANTAN1, Tarakan –  Langkah memperkokoh kearifan lokal bagi generasi muda dan kaum perempuan di Kalimantan Utara menjadi salah satu upaya efektif dalam menangkal penyebaran radikalisme, kata Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kaltara Datuk Iskandar Zulkarnaen.

“Upaya menangkal radikalisme di Kaltara dengan memperkokoh kearifan lokal, jadi para generasi muda harus memahami nilai-nilai budaya yang selama ratusan tahun telah mewarnai lahirnya daerah ini, ” katanya di Tanjung Selor, Rabu (7/8).

Ia mengatakan hal itu pada pembukaan acara pelibatan masyarakat dalam mencegah paham kekerasan itu melalui program “Smart  (Sehat Mental, Keluarga Cerdas, dan Tangguh) Bangsaku, Bersatu Indonesiaku dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme”.

Ia menjelaskan sebelum Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, di kawasan utara Kalimantan itu berdiri Kesultanan Bulungan. Kawasan itu sejak ratusan tahun silam sudah memiliki kearifan lokal dalam menjaga keutuhan dan keamanan daerah meskipun terdapat berbagai suku dan agama.

“Misalnya warna kebesaran Kesultanan Bulungan, yakni kuning, biru, dan hitam yang sering jadi dasar warna umbul-umbul atau ornamen daerah di gedung, termasuk siring Sungai Kayan itu sarat dengan filosofi Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya pada acara kerja sama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan FKPT Kaltara itu.

Ia menjelaskan warna kuning melambangkan keberadaan Kesultanan Bulungan atau suku asli Bulungan, hijau melambangkan para pendatang, dan hitam melambangkan warga pedalaman.

Sebanyak tiga kelompok ini sebagai bentuk keanekaragaman budaya dan sosial, namun mereka bersatu padu dalam  membangun wilayah Kesultanan Bulungan atau saat ini dikenal dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.

“Jika generasi muda memahami itu, maka tentunya bisa menangkal virus radikalisme dan terorisme yang biasanya berawal dari intoleransi, ” katanya di depan sekitar 100 peserta terdiri atas pelajar dan organisasi perempuan.

Ia menyebutkan penyebaran radikalisme dan terorisme saat ini kian marak dengan sasaran generasi muda dan perempuan, salah satu penyebabnya terkait dengan perkembangan teknologi informasi dan pemanfaatan kemajuan dunia maya.

Berdasarkan penelitian BNPT pada 2023, indeks potensi radikalisme menunjukkan peningkatan  1,7 ketimbang 2022. Indeks ini lebih  tinggi pada perempuan, generasi Z, dan masyarakat yang aktif di internet.

Oleh sebab itu, katanya, program prioritas BNPT menekankan pentingnya pencegahan radikalisme pada perempuan, anak, dan remaja.

Penelitian menunjukkan perempuan terlibat dalam aksi terorisme, baik sebagai pelaku utama maupun bagian dari jaringan keluarga atau sosialnya.

Ia menyebut fakta ini menggarisbawahi peran penting perempuan dalam mencegah radikalisme melalui keluarga.

Hasil penelitian lainnya BNPT menunjukkan generasi Z rentan terhadap radikalisme, dengan potensi mencapai  12,3 persen yang lebih tinggi daripada generasi milenial dan generasi X.

“Kalimantan Utara, sebagai salah satu provinsi ke-34 di Indonesia turut menghadapi tantangan dalam menjaga stabilitas sosial dan keamanan,” katanya.

Selain wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia, katanya, daerah itu juga terdapat  beragam suku, budaya, dan agama sehingga memiliki potensi kerawanan terhadap penyebaran paham radikal jika kearifan lokal menjaga nilai keberagaman itu tidak dipelihara.

 

 

Sumber: ANTARA

FacebookWhatsAppXShare

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *