KABAR KALIMANTAN1, Sampit – Perum Bulog Kantor Cabang Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, menyebutkan peningkatan curah hujan saat ini menjadi tantangan bagi petani pada masa pascapanen.
“Kendala yang lebih besar adalah kadar air gabah kering giling yang sulit dicapai saat masih banyak hujan seperti sekarang ini,” kata Kepala Perum Bulog Kotim Muhammad Azwar Fuad di Sampit, Kalteng, Senin (28/4).
Fuad menegaskan, sesuai penugasan pemerintah pusat, Bulog siap menyerap gabah kering panen (GKP).
Namun, masalah kadar air perlu menjadi perhatian bersama karena akan berpengaruh terhadap kualitas beras yang dihasilkan.
Gabah kering yang baru dipanen, dijemur terlebih dulu. Untuk menghasilkan beras berkualitas, ada ketentuan kadar air yang ditetapkan yaitu 14 persen.
Terkait masalah ini, Bulog bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kotawaringin Timur terus melakukan sosialisasi untuk mengedukasi petani terkait tahapan pascapanen, khususnya pengeringan gabah.
Untuk mencapai standar kadar air tersebut, gabah kering harus dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 14 persen.
Jika dipaksakan digiling dengan kondisi kadar air belum sesuai standar, maka beras yang dihasilkan akan pecah, sehingga kualitasnya berkurang.
“Dengan masih sering hujan saat ini, sangat sulit untuk mencapai kadar air 14 persen, sehingga perlu dijemur dalam jangka waktu yang cukup lama, misalnya sampai lebih dari tujuh hari. Nah, itu kan cukup merepotkan petani,” ujar Azwar.
Hingga saat ini Bulog sudah menyerap sebanyak 258.380 kilogram gabah kering panen (GKP) dari petani di Kotawaringin Timur.
Serapan terbanyak berasal dari Desa Lampuyang Kecamatan Teluk Sampit yang memang merupakan lumbung padi Kotawaringin Timur.
Total luas tanam di Kotawaringin Timur pada 2025 ini lebih dari 8.000 hektare.
Jika diasumsikan potensi panen 4 ton per hektare, maka sedikitnya ada 32.000 ton gabah yang akan dihasilkan.
Bulog Kantor Cabang Kotawaringin Timur yang wilayah kerjanya mencakup Kabupaten Kotawaringin Timur, Katingan dan Seruyan, pada 2025 ini ditargetkan menyerap gabah minimal 1.700 ton.
Bulog optimistis bisa mencapai target tersebut dan menegaskan selalu siap menyerap gabah petani dengan harga pembelian pemerintah (HPP) Rp6.500 per kilogram.
“Untuk pembayaran itu ada dua jenis bisa dibayar tunai ataupun ditransfer. Cuma memang prosesnya itu sebelum bisa dibayar, mereka petani harus menyerahkan KTP untuk dimasukkan di sistem Bulog. Kalau sudah di-input dan di-ACC baru bisa dibayarkan,” jelas Azwar Fuad.
Sumber: ANTARA