Editorial

Terima Kasih Sang Juara, Maroko!

KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Maroko kalah secara jantan dari tim juara bertahan berjuluk Ayam Jantan, Prancis, dengan skor 0-2. Langkah Achraf Hakimi dkk memang terhenti di semifinal. Tapi langkah inspiratif mereka, terus bergerak ke seluruh penjuru dunia.

Tim Singa Atlas sesungguhnya telah menjadi juara. Mereka juara di mata para ibu-ibu, para orangtua. Seorang presenter TV Jerman bahkan mengaku merasa tertampar saat Achraf Hakimi berlari ke tribun, memeluk dan mencium kening ibunya.

Achraf pun kepada media tak malu mengakui, ia lahir dari rahim seorang wanita berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, dan benih dari sang ayah, seorang pedagang kaki lima. Ia tak mau kepada media, kepada istri jelita yang juga model ternama, juga kepada dunia.

Sang presenter menyebut, aksi Achraf Hakimi adalah tontonan yang kontradiktif dengan kenyataan di Jerman, seluruh Eropa dan bahkan dunia. Ketika para pemain lebih bangga berselebrasi mencium pacar atau kekasihnya, pemain Maroko mecium ibunya.

Simpul erat keluarga seperti itu telah usang di kehidupan modern. Ibu adalah sosok yang identik dengan dapur, tempat cuci piring, atau lekat dengan peralatan pembersih rumah keluarga. Ibu bukan sosok yang pertama dicari dan dimuliakan saat putranya menikmati kegembiraan, juga kesedihan.

Achraf Hakimi, pria bernomor punggung 2 itu juga telah memenangi hati Mbappe, sahabatnya. Kekentalan seorang sahabat itu mendorong Mbappe untuk bertukar jersey, dan langsung memakainya meski kuyup oleh keringat. Mbappe bahkan terus menghibur Achraf, tak hanya di lapangan, tapi hingga di lorong ganti!

Para pemain Maroko juga juara dalam bersyukur. Saat menang, mereka serempak melakukan sujud syukur di lapangan. Bukankah hal serupa juga dilakukan para pemain Indonesia seusai mencetak gol? Benar. Bedanya, saat kalah pun Hakim Ziyech dkk tetap melakukan itu. Meminta maaf kepada fans, dan bersujud tanda syukur kepada Sang Pencipta!

Mereka mengimani takdir sebagai ketetapan Allah. Takdir baik, disyukuri. Begitu pula takdir yang dinilai tidak baik olah manusia. Harry Kane pernah ditolak Arsenal. Erling Halland pernah ditolak Everton. Kylian Mbappe senasib, pernah ditolak Chelsea.

Takdir ke-3 pemain itu tidak baik di klub yang pertama mereka tuju, sebab ada takdir baik di klub lain. Jika niat mau merekrut, kini ketiganya masing-masing punya price tag di atas Rp 1 triliun!

Itulah kenapa pelatih Maroko, Walid Regragui saat menghibur pemainnya menyebut, “Kita tetap bersyukur atas nikmat ini. Mencapai semifinal untuk pertama kali, harus disyukuri. Bisa jadi, jika lebih dari itu nanti kita bisa sombong. Percayalah, kelak tim ini akan lebih kuat.”

Solidaritas Proporsional

Tim Maroko juga juara dalam menempatkan solidaritas secara proporsional. Mereka solider pada warga Palestina yang wilayahnya dicaplok Israel, dan kerap dikepung teror. Tapi di saat yang sama, mereka menolak mendukung kampanye LGBT (Lesbian, Gay, Bi-seksual, Transgender).

Dalam koridor agama apapun, perilaku LGBT dilarang. Persamaan hak tak harus menabrak aturan Tuhan. Sebagai umat beragama, hidup pun diatur dalam aturan Tuhan, juga aturan negara untuk detailnya. Lalu manusia mulai merasa pandai membuat aturan-aturan sendiri.

FIFA dan dunia Barat kerap memakai standar ganda. Mereka melarang sepak bola digunakan dalam penyampaian sikap politik. Bahkan Russia pun sampai di-banned akibat invasi ke Ukraina. Tapi mereka sensitif pada aktivitas serupa yang menyentuh Palestina, Rohingnya, dan gerakan-gerakan sejenis di Spanyol, Kroasia, Irlandia dll.

Bos Microsoft Bill Gates, selebritas bola David Beckham, penyanyi Lebanon Maher Zain, top model Victoria’s Secret Imaan Hammam, menaruh respek pada sikap dan perjuangan para pemain Maroko. Begitu pun Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, memberikan apresiasi serupa.

Sikap Maroko yang tegas dalam menunjukkan identitasnya, telah menginspirasi kita semua. Bahwa kebenaran harus ditegakkan, kekurangan bisa diperjuangkan. Begitu pula prestasi yang awalnya hanya mimpi, bisa dikejar dan diwujudkan.

Terima kasih, Maroko, sang Singa Atlas. Aum!

 

MAROKO DALAM BINGKAI JUARA

Cinta Achraf Hakimi, tak malu mengakui lahir dari ibu seorang pembantu.

Dihibur Kylian Mbappe, sahabat di kala suka maupun duka.

Top model berdarah Maroko-Mesir, Imaan Hammam, terpikat timnas Maroko.

Solidaritas untuk Palestina, bukan untuk kampanye LGBT yang menabrak aturan agama.

Tim Asfrika dan negara Islam pertama, berhasil menembus semifinal Piala Dunia.

Menerima segala takdir sebagai ketetapan Allah yang harus diimani.

Ucapan terima kasih sekaligus permintaan maaf kepada fans yang telah mendukung dengan sepenuh hati.

Sujud pertanda syukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan Sang Pencipta.

 

 

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top
error: Content is protected !!