KABAR KALIMANTAN1, Jakarta – Banyak yang unik dan juga inspiratif di balik sosok Bupati Barito Utara, H. Nadalsyah (57). Kiprahnya tak hanya di area pemerintahan, politik, tapi juga di bidang sosial, dan kini di jalur sepakbola putri.
Apa saja pandangan Koyem (begitu ia akrab disapa), terkait hal di atas? Berikut petikan wawancara Pemimpin Redaksi Kabar Kalimantan 1, Sigit Nugroho, dengan Nadalsyah, di markas Gerakan Sepakbola Wanita Indonesia (GSWI), APL Tower Lantai 6, Jakarta, Kamis (26/8/2021) siang.
Redaksi : PPKM di Barito Utara (Barut) telah turun dari level 4 ke level 3. Sektor mana yang jadi prioritas pemulihan paling urgen?
Nadalsyah : Pandemi ini berimplikasi hampir ke semua sektor kehidupan. Mulai dari sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan banyak lagi. Tentu ada prioritas, terutama yang menyangkut pada kehidupan masyarakat secara langsung. Ekonomi jelas harus dipulihkan, baik yang berskala besar, UMKM, sampai ke sektor informal. Juga pendidikan yang selama ini dilakukan secara daring, belum tatap muka. Itu baru dua sektor, masih banyak yang lain.
Bukankah sektor kesehatan tentu menjadi hal yang krusial?
Jelas, apalagi yang sedang dihadapi bangsa ini adalah pandemi. Satgas Covid 19 kami fokus mengawasi protokol kesehatan, tentu dengan pendekatan humanis. Tetap ada sanksi bagi pelanggar, tapi tidak terlalu memberatkan. Sifatnya hanya agar ada efek jera. Misalnya, tak pakai masker disuruh push up atau denda.
Terkait warga yang enggan divaksin, apa solusinya?
Kami juga aktif mencari kiat agar warga mau melakukan vaksinasi. Jadi kami memberikan pemahaman, bukan paksaan. Ada kawan saya, tentara yang takut divaksin, apalagi vaksin Sinovac dari Cina. Saya bilang, bukankah obat-obatan tradisional Cina sudah dikenal bagus sejak dulu? Saya pun pakai vaksin Sinovac. Baru dia mau.
Apa tujuan dibukanya kembali 3 objek wisata di Barut? Apakah tidak rawan jadi pusat penyebaran virus Corona?
Benar, setelah lama ditutup, kini kami buka kembali. Tentu saja ada batasan kapasitas pengunjung, serta menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Selain demi memberikan hiburan serta relaksasi warga, hal itu juga ditujukan untuk menggerakan sektor ekonomi di sekitar objek wisata.
Dana Pribadi
Soal Islamic Center seluas 12 hektar dengan nilai Rp 60 miliar, kabarnya dananya dari pribadi, keluarga, dan donatur. Benar demikian?
Sebenarnya soal pembangunan Islamic Center di Muara Teweh ini sudah saya niatkan jauh-jauh hari, bahkan sebelum jadi Bupati. Waktu itu saya dan keluarga ingin membangun masjid raya dengan berbagai fasilitas, konsepnya Islamic Center. Jadi, niatnya karena ibadah, tidak ada landasan politik atau yang lainnya.
Apakah benar tidak memakai dana APBD karena alasan jumlahnya terbatas?
Memang tidak memakai dana APBD. Soal dana APBD, tentu saja ada. Tapi kan ada skala prioritas. Banyak sektor pembangunan di kabupaten yang saya pimpin, yang sangat memerlukan alokasi dana APBD. Islamic Center biar kami selesaikan dengan anggaran sendiri, toh sudah diniatkan dari awal.

Nadalsyah (kiri) dan Sigt Nugroho, peduli sepakbola putri.
Bapak didaulat jadi Ketum GSWI. Kenapa mau peduli pada sepakbola putri?
Ceritanya, saya waktu itu ditawari untuk memimpin GSWI. Katanya, ini gerakan dari bawah, ada perwakilan dari 26 provinsi. Saya bilang, dengan kesibukan saya, apakah pendamping seperti Wakil Ketua, Sekjen, dan pengurus lain siap mem-back-up? Saya katakan ini sejak awal, sebab tiap kali masuk organisasi atau lembaga apapun, saya tak mau hanya ada nama, tapi minim kegiatan atau kontribusi. Kalau mereka siap back up, saya pun siap.
Bukankah saat ini banyak orang jor-joran di jalur sepakbola putra. Beberapa selebritas bahkan membeli klub. Kenapa memilih sepakbola putri?
Kalau di jalur putra kan memang sudah banyak yang “bermain”. Di putri belum banyak yang peduli. Justru di situlah poinnya. Bukankah lebih mulia kita peduli pada mereka yang benar-benar membutuhkan?
Terkait rencana menggelar Piala GSWI 1, apa harapan bapak terhadap perwakilan GSWI daerah, yang selama ini terpenjara PPKM level 4?
Saya kira kawan-kawan di daerah sudah bagus dalam berkoordinasi dengan pengurus pusat. Arahan kami, di daerah yang PPKM-nya masih rawan, jangan memaksakan diri menggelar seleksi demi memilih wakil ke Piala GSWI 1, tingkat nasional. Kecuali di daerah yang sudah memungkinkan menggelar, tentu dengan arahan dari Satgas Covid setempat. Kita mesti patuh pada aturan.
Apakah rencana laga semi final digelar di Muara Teweh dengan subsidi penuh untuk 4 tim, tetap sesuai program?
Sejauh ini memang tetap sesuai rencana. Hal tersebut bagus untuk menggairahkan sepakbola di daerah, jadi tidak selalu di Ibukota. Katakanlah, ini juga semacam reward atas keberhasilan mereka lolos ke semifinal. Di Muara Teweh juga ada beberapa objek wisata. Mereka bisa kesana, dan mensosialisasikan lewat sosial media.
Overall, apa harapan terhadap sepakbola putri ke depan?
Tentu saja orientasinya selalu untuk Indonesia. GSWI bisa memasok pemain dan pelatih untuk tim nasional. Jika kompetisi sepakbola wanita rutin digelar, niscaya akan muncul pemain-pemain berkualitas. Harapannya, sepakbola wanita bisa berprestasi di kancah internasional. Selain di jalur prestasi, sepakbola putri juga bisa menyentuh ke aspek yang lain. Misalnya, menekan terjadinya pernikahan usia dini akibat faktor pergaulan tidak sehat, ekonomi, atau faktor lainnya.
