KABARKALIMANTAN1, PALANGKA RAYA – Gubernur Kalimantan Tengah Agustiar Sabran menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam melindungi eksistensi masyarakat adat Dayak. Hal ini disampaikannya saat membuka seminar Internasional Pumpung Hai Borneo (The Great Borneos Assembly) di Kalawa Convention Hall, Palangka Raya, belum lama ini.
Agustiar menyebut bahwa masyarakat adat merupakan pilar penting pembangunan Kalimantan. Komitmen itu, menurutnya, selaras dengan visi pembangunan Kalteng “Manggatang Utus” yang bermakna mengangkat harkat dan martabat masyarakat, baik Dayak maupun seluruh warga Kalimantan Tengah, menuju Kalteng Berkah, Maju, dan Bermartabat menyongsong Indonesia Emas 2045.
Agustiar juga mengajak seluruh pihak untuk bersatu menyuarakan kepentingan daerah penghasil sumber daya alam agar hasil kekayaan alam benar-benar memberi manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat. Ia menekankan, perjuangan tersebut harus tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan.
“Masyarakat adat bukan entitas yang tertinggal, tetapi mitra utama dalam menjaga bumi, hutan, dan peradaban,” ujarnya.
Seminar ini turut menghasilkan kesepakatan bersama yang diteguhkan lewat penandatanganan komitmen oleh pemerintah daerah se-Kalimantan. Kesepakatan tersebut menjadi simbol persatuan dalam memperkuat posisi Masyarakat Adat Dayak serta mendorong Kalimantan sebagai pusat ekonomi Indonesia sekaligus pusat budaya Dayak bertaraf internasional.
Menariknya, kegiatan ini juga menghadirkan lima gubernur se-Kalimantan dalam sebuah panel strategis. Kehadiran mereka memperlihatkan tekad bersama untuk memperjuangkan dana bagi hasil dari sektor pertambangan, kehutanan, dan perkebunan.
Langkah ini merupakan kelanjutan dari komitmen yang sebelumnya telah disepakati dalam Rakor Gubernur di Balikpapan pada 9 Juli 2025 lalu, yang menekankan pentingnya sinergi daerah penghasil sumber daya alam guna memperkuat fiskal dan mewujudkan keadilan pembangunan di Kalimantan. (PSW/KK1)
