Indonesia

Tak Berniat Ejek PT LIB, VAR Low Budget dengan Kearifan Lokal Bermunculan

KABAR KALIMANTAN1, Bandung – Sebuah video pendek aksi wasit di laga Liga 3 sedang melihat layar TV yang disebut VAR low budget, viral di medsos. Apakah Video Assistant Referee dengan kearifan lokal itu sebagai upaya mengejek PT LIB?

Maklum, insiden yang terjadi di kompetisi premium Liga 1 sangat banyak, namun PT Liga Indonesia Baru selaku operator belum berdaya menghadirkan perangkat VAR.

Ironisnya, justru di kompetisi level bawah sudah memakai VAR, sekalipun hanya “standar lokal” (bukan FIFA). Toh aksi wasit yang serius menatap “VAR Priangan” itu mengundang senyum netizen.

“Tapi kami sungguh-sungguh tidak sedang mengejek PT LIB atau PSSI. Ini cuma kreativitas panpel saja. Karena VAR standar FIFA mahal dan tak terjangkau, sementara insiden begitu banyak, inilah jawabannya. Biar ketua Asprov saja yang nanti menjelaskan,” ujar seorang panpel yang tak namanya ditulis karena takut disanksi PSSI.

“VAR made in Sunda” itu viral saat diaplikasikan dalam Liga 3 Jawa Barat pada laga Persikabbar vs Bandung Barat United, Senin (17/1/2022) sore di lapangan Lapangan Sabilulungan, Kabupaten Bandung.

Dalam video berdurasi 1,56 detik yang beredar di media sosial, terlihat wasit menghentikan pertandingan di tengah babak pertama. Ada pemain Persikabbar yang memprotes lawannya karena handball di kotak terlarang.

Sang pengadil langsung bergegas ke pinggir lapangan. Dia melihat tayangan ulang dari sebuah televisi yang disediakan panitia, lalu mengambil keputusan: tidak handball.

Netizen ramai menyebut hal ini dengan VAR rasa kearifan lokal. Kejadian serupa pernah terjadi di Liga 3 Kalimantan Selatan antara Persetab vs Andalas FC pada 2018.

Laga tersebut sempat terhenti karena wasit harus melihat tayangan ulang melalui sebuah kamera di tribune penonton. Aksi yang tak jauh beda bahkan pernah terjadi di Liga 1.

Tepatnya di Liga 1 2017 saat pertandingan PS TNI vs Persija Jakarta, di Stadion Gelora Bung Karno. Bermula dari kemelut yang terjadi di mulut gawang Macan Kemayoran pada menit ke-85.

Wasit melihat ada satu pemain Persija yang melakukan handsball dan meniup peluit tanda pelanggaran. Tapi sang pengadil langsung mendapat protes keras dari para pemain Persija.

Kemudian wasit berlari ke pinggir lapangan dan melihat tayangan ulang. Dia akhirnya tak jadi memberikan penalti kepada PS TNI.

Ragam Komentar

“Kabarnya kalau VAR “low budget” seperti ini tidak bisa atau tidak boleh diterapkan di Liga 1. Karena jika liga professional teratas ingin menerapkan VAR, maka harus sesuai standar FIFA. Yakni ada petugasnya, ada ruang khsusus VAR, dll. Tidak boleh asal-asalan,” begitu tulis akun Twitter @FaktaSepakbola yang ikut memviralkanan video ini.

Menanggapi viralnya VAR Low Budget, Ketua Asprov PSSI Jawa Barat, Tommy Apriantono, angkat bicara.

“Ini uji coba penggunaan VAR, tapi bukan VAR standar Eropa. Kan tujuan utamanya ke wasit agar tidak main-main. Kemudian kan wasit kadang salah melihat. Nah sekarang dibantu,” ungkap Tommy.

Berkaca pada hasil laga yang diawasi VAR tersebut, Tommy mengaku berjalan cukup baik kendati belum bisa dievaluasi menyeluruh.

“Sejauh ini sudah cukup baik meskipun belum bisa dievaluasi karena baru selesai. Kita juga sudah sosialisasikan VAR ini dipakai saat wasit ragu dan dia bisa dilihat tayangan ulang. Ternyata berguna,” tutur Tommy.

Penggunaan VAR ‘Low Budget’ juga bisa mengurangi potensi kekerasan yang dilakukan pemain pada wasit saat ada kesalahan pengambilan keputusan.

“Nah ini juga jadi kontrol untuk pemain agar tak langsung gebuki wasit. Dengan peralatan seadanya, kita bisa menerapkan VAR meski kelasnya jauh. Tapi kita menuju ke arah sana,” tutur Tommy.

Penggunaan VAR itu juga bisa mengeliminasi kecurigaan publik terkait adanya match fixing dalam pertandingan.

Seperangkat alat VAR yang digunakan dalam pertandingan tersebut yakni kamera, televisi berukuran besar, hingga earphone yang dipakai untuk komunikasi antara perangkat pertandingan dengan wasit.

“Tentu masih jauh dari standar Eropa. Peralatannya juga seadanya. Sebelum digunakan di Liga 1, dicoba dulu di Liga 3 dan akan terus dikembangkan,” pungkas Tommy.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top
error: Content is protected !!