KABAR KALIMANTAN1, Jakarta – Kabar menggemparkan datang dari salah satu manusia terkaya dunia, Bill Gates. Ia mengklaim dari investasi pada organisasi yang meningkatkan akses vaksin global, ia meraup untung berlipat hingga senilai total Rp2.800 triliun.
“Kami merasa ada pengembalian 20 banding 1, menghasilkan US$ 200 miliar (Rp 2.800 triliun) selama 20 tahun,” ujarnya, Selasa (18/1/2022).
Namun Gates mengaku selama 2 dekade terakhir, pihaknya telah menyumbangkan lebih dari US$ 10 miliar kepada 3 kelompok yakni Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi, Dana Global untuk Memerangi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria, serta Inisiatif Pemberantasan Polio Global.
Jika dibandingkan dengan keuntungan, ia menyalurkan 5% rezeki itu untuk kemanusiaan melalui yayasan amalnya, Bill and Melinda Gates Foundation.
“Membantu anak-anak kecil hidup, mendapatkan nutrisi yang tepat, berkontribusi pada negara mereka – yang memiliki pengembalian yang melampaui pengembalian finansial biasa.”
Gates juga juga memberikan pesan yang tegas untuk orangtua yang takut efek samping sebagai alasan untuk tidak memberikan suntikan vaksin kepada anak-anak mereka.
“Sungguh liar bahwa hanya karena Anda mendapatkan informasi yang salah, mengira Anda melindungi anak Anda, tapi Anda sebenarnya justru membahayakan anak Anda, serta semua anak lain di sekitar mereka,” ujar pendiri Microsoft itu.
Meski begitu, Gates juga menegaskan bahwa dengan adanya vaksin dunia tidak boleh berpuas diri. Pasalnya masih banyak mis-informasi yang beredar di masyarakat dan terkadang kesalahan ini menimbulkan kematian.
“Semakin banyak orang yang mengatakan bahwa untuk alasan apa pun, akhirnya campak muncul. Anak-anak sakit. Kadang mereka mati,” katanya.
Tawarkan 2 Solusi
Dalam sebuah wawancara di Forum Ekonomi Baru Bloomberg, Jumat (19/11/2021), Gates menawarkan 2 langkah dalam membantu mengatasi pandemi Covid.
“Terus memvaksinasi seluruh dunia, dan menggunakan obat antivirus yang sedang naik daun untuk mencegah penyakit parah serta kematian,” kata Gates.
Gates tak merasa risih jika solusi itu memang kental aroma bisnisnya. Baginya, mengakhiri pandemi tak berarti memberantas Covid sepenuhnya. Namun dunia setidaknya dapat menurunkan risiko ke jumlah yang sangat kecil pada akhir 2022.
Menurutnya, target itu tetap realistis, mengingat kemajuan dalam vaksin dan obat antivirus. Berkaca ke AS misalnya, Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan 69% populasi di Amerika Serikat (AS) saat ini sudah divaksinasi penuh terhadap Covid.
Kabar buruknya, di negara-negara berpenghasilan rendah, akses dan permintaan vaksin pun rendah. Hanya 4,7% orang di negara berpenghasilan rendah yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid. Angka itu dirilis perusahaan riset Our World in Data.