KABAR KALIMANTAN1, Kuala Pembuang – Pemerintah Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian setempat, mencanangkan pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bertugas menampung beras hasil dari panen para petani.
“Harga beras yang ditampung oleh BUMD itu nantinya disesuaikan dengan ketentuan,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Seruyan Albidinnor di Kuala Pembuang, Rabu (8/3).
“Itu kami lakukan sebagai upaya membantu petani melakukan pemasaran pada saat musim panen padi,” ucapnya.
Selain itu, lanjut dia, sebagai upaya mengantisipasi tengkulak-tengkulak nakal yang bermain dengan pasar, sehingga kenaikan dan turunnya harga padi tersebut dapat diantisipasi. Pada 2022 saat musim panen harga gabah hanya mencapai Rp4.500 dan berasnya Rp9.000 per kilogram.
“Sedangkan setelah berlalu tujuh bulan setelah panen harganya naik, yakni gabah Rp10.000 dan beras mencapai Rp20.000 per kilogram,” jelasnya.
Dia menyampaikan, memang sifatnya pertanian ini sesuai dengan mekanisme pasar bagi produksi yang melimpah otomatis harganya juga turun. Hal tersebut yang sering dialami petani di Seruyan dan dikarenakan kebanyakan terkendala dengan modal.
Lebih lanjut dia menjelaskan, yang menjadi kendala utama para petani itu adalah keterbatasan modal sehingga setelah panen mereka segera menjual hasilnya, terkadang walaupun harganya turun drastis.
“Antisipasi kita untuk mengatasi itu adalah dengan menahan hasil panen sehingga harga padi maupun beras bisa dijual dengan harga yang normal,” kata Albidinnor.
Dia menambahkan, para petani di Bumi Gawi Hantantiring ini diminta agar bersabar menahan hasil panen pada 2023, karena juga untuk meningkatkan kesejahteraan para petani di Seruyan. Jika harganya tinggi, para petani juga lebih bersemangat lagi dalam melakukan aktivitas pertanian.
“Apalagi beras jenis Epang di Seruyan ini merupakan unggulan yang disukai oleh masyarakat Kalimantan Selatan, sehingga pemasarannya dapat lebih mudah dilakukan,” demikian Albidinnor. (Ant)