KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Pengamat dan publik mulai membandingkan perbedaan penanganan kasus polisi tembak polisi di rumah Irjen Ferdy Sambo dengan kasus penembakan istri TNI di Semarang. Kenapa waktu pengungkapannya berbeda?
Kasus kematian Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat di rumah Irjen Ferdy Sambo, masih menjadi misteri hingga kini.
Dalam penembakan yang menewaskan Brigadir J, banyak yang menilai polisi seakan menemui “tembok tebal”.
Padahal dalam kasus tersebut (berdasarkan keterangan polisi) identitas dua penembak yang terlibat sudah terungkap, yakni Brigadir J dan Bharada E.
Hingga hari ini, polisi belum menetapkan tersangka dalam kasus penembakan di rumah Ferdy Sambo.
“Yang pasti, kami juga dilarang melihat rekonstruksi kejadian,” keluh Komarudin Simanjuntak, kuasa hukum keluarga korban.
Sementara pada kasus penembakan istri anggota TNI di Semarang, hanya dalam beberapa hari polisi berhasil mengungkap identitas para pelaku sekaligus meringkus mereka.
Padahal, identitas pelaku awalnya tidak diketahui, dan hanya “bermodalkan awal” rekaman CCTV.
Sebagian kalangan menilai, kasus penembakan di rumah Irjen Ferdy Sambo harusnya lebih mudah terungkap dibandingkan kasus penembakan istri TNI di Semarang.
Terlalu banyak kejanggalan dan oknum yang berpotensi terlibat. Setelah 2 Jenderal dan 1 Kombes dinon-aktifkan, pengamat akhirnya berbeda pendapat terkait kepemimpinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Ada yang menyebut Listyo Sigit sosok yang tegas dengan keberanian, namun ada yang menilai sebaliknya.
Dijaga 330 Polisi
Yang pasti, kinerja tim forensik Polri yang mengadopsi jasad Brigadir J, dipastikan bermasalah. Hanya saja, kinerjanya buruk akibat tekanan, atau rasa simpati pada pelaku, itu yang harus diusut.
“Jika tidak juga terungkap, bisa jadi yang nanti dinon-aktifkan bukan para oknum yang terlibat sesuatu dengan pelaku, tapi Kapolri itu sendiri. Presiden Jokowi bisa mengambil tindakan ini,” ujar Amiruddin, pengamat politik dan masalah sosial dari Universitas Pamulang, Banten.
Besok Rabu (27/7) Polda Jambi memastikan mengerahkan 330 personel untuk pengamanan pelaksanaan otopsi ulang terhadap jasad Brigadir J.
Pengerahan ratusan personel itu untuk memberikan rasa aman dan kelancaran pelaksanaan otopsi
“Polda Jambi akan kerahkan 330 personel pada Rabu,” kata Kabid Humas Polda Jambi Kombes Pol Mulia Prianto. “Personel yang bertugas merupakan gabungan dari Polda Jambi dan Polres Muaro Jambi.”
Pengamanan akan ditugaskan di beberapa titik lokasi, seperti di rumah duka, pemakaman, RSUD Sungai Bahar, dan Polsek Sungai Bahar.
