KABAR KALIMANTAN 1, Sleman – Aksi tanam padi Puan Maharani saat di area persawahan Sendangmulyo, Sleman, dinilai sebagai pencitraan 4.0. Anehnya, yang “panen” justru Bu Susi.
Ya, nama mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, memang langsung vufal. Ia menyindir aksi Ketua DPR RI saat sedang menanam padi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis (11/10/2021).
Dalam kesempatan tersebut, Puan ikut turun berbasah-basahan ke sawah di tengah hujan, untuk menanam padi bersama sejumlah petani perempuan.
Aksi tersebut langsung mendapat respons dari Susi esoknya, lewat akun Twitter pribadi: @susipudjiastuti.
“Biasanya petani menanam padi tidak hujan-hujanan,” kata Susi, Jumat (12/11/2021).
Sontak, respons Susi tersebut langsung menjadi sorotan oleh warganet di Twitter. Hingga Sabtu (13/11/2021) pagi saat naskah ini diturunkan, cuitan tersebut telah dikomentari 1.800 kali, diretweet lebih dari 4.000 kali, dan disukai lebih dari 18.000 kali.
Bahkan, nama ‘Bu Susi’ pun sampai merajai trending topik di Twitter pada Sabtu (13/11/2021) dengan lebih dari 4.000 cuitan menyebut namanya.
Politikus Partai Gerindra, Fadli Zon, juga me-reply. Fadli secara tersirat menyebut Puan sedang memainkan pencitraan. Sayangnya Puan menggunakan cara lama yang mudah terbaca. ”Belum belajar Pencitraan 4.0?” cuit Fadli, Jumat (12/11/2021).
Sebelumnya DPR merilis, Sang Ketua, Puan Maharani, berkomitmen menyerap aspirasi petani guna memenuhi kebutuhan dan permasalahan pertanian di area persawahan Sendangmulyo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Puan ingin mengetahui apa saja kebutuhan dan permasalahan yang ada di sini terkait petani. “Bagaimana menanam padi, panennya dan sesudah panen itu dijual atau dibeli ke mana. Itu yang jadi perhatian saya,” kata Puan dalam siaran pers, Kamis (11/11/2021).
Puan ikut turun ke sawah untuk menanam padi bersama sejumlah petani perempuan di tengah lahan pertanian seluas 6 hektar (ha).
“Puan menanam, nanti rakyat yang memanen. Kali ini saya hadir dengan fokus menanam padi, biarkan rakyat nanti yang memanen,” ucapnya.
Puan yang memakai caping dan sepatu untuk ke sawah, juga berdialog dengan petani dalam bahasa Jawa.
“Piro nek panen? Didol neng endi? (Berapa banyak kalau panen? Dijual ke mana?),” tanya Puan kepada para petani.
Menanggapi pertanyaan Puan, salah satu petani Sendangmulyo, Tusiran, menyampaikan berbagai keluhan yang ia hadapi bersama rekan-rekannya.
Keluhan petani tersebut mulai dari rendahnya harga gabah, hingga keterlambatan distribusi pupuk subsidi hingga harganya yang cukup tinggi.
“Semoga dengan kedatangan ibu, ada petani dari generasi muda yang akan menjadi penerus kami, yang sekarang sudah tua-tua,” ujar Tusiran.
Ia juga meminta agar pemerintah dapat membuat saluran induk air untuk pengairan dan memperbaiki jalan. swaat musim hujan, jalanan menjadi rusak dan licin. Petani sering terpeleset.
Puan meminta Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, agar harapan petani bisa segera direalisasikan.
Selain Danang, Puan juga menanyakan kepada Lurah Sendangmulyo, Budi Susanto, terkait penggunaan dana desa untuk membangun infrastruktur pertanian.