Nasional

NU Minta RI Larang Wahabi, Pangeran Salman: Bukan Ideologi Saudi

KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Isu wahabisme kembali mencuat setelah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendesak agar pemerintah RI melarang penyebaran paham tersebut. Arab Saudi dan warganet mengklarifikasi dan mengkritisi.

“Lembaga Dakwah PBNU merekomendasikan kepada pemerintah (dalam hal ini Kemenkopolhukam, Kemenkumham, Kemendagri, dan Kemenag) untuk membuat dan menetapkan regulasi yang melarang penyebaran ajaran Wahabiyah,” demikian bunyi rekomendasi itu, seperti dikutip di laman resmi LD PBNU, Kamis (27/10).

Merespons pernyataan NU, Arab Saudi berniat meluruskan hal terkait ajaran Wahabi. Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed Bin Salman (MbS) memberikan klarifikasi mengenai Muhammad bin Abdul Wahhab, sosok penting penyebar paham Wahabi.

Pangeran MbS pun diwawancarai The Atlantic, yang kemudian dikutip media pemerintah, Saudi Gazzette. Dengan tegas bahwa MbS mengatakan ajaran Wahabisme bukan satu-satunya ideologi dan identitas Saudi selama ini.

“Saya ingin mengatakan bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab bukan Nabi, ia juga bukan malaikat. Ia hanya seorang ulama sebagaimana banyak ulama lainnya yang pernah hidup di era awal pendirian Saudi, di antara para pemimpin militer dan politik,” kata Pangeran MbS.

“Persoalannya adalah ketika itu di Semenanjung Arab para murid Abdul Wahhab hanya tahu membaca dan menulis sejarah yang telah ditulis dari perspektif mereka,” tuturnya.

Pangeran MbS kemudian menjelaskan bahwa kitab-kitab tulisan Abdul Wahhab kerap digunakan para ekstremis Islam hanyab demi agenda mereka.

“Saya yakin jika Abdul Wahhab, Bin Baz, dan ulama lainnya masih hidup hingga sekarang, mereka akan jadi barisan pertama yang melawan ide-ide ekstremis dam kelompok teroris itu,” ujar Pangeran MbS.

“Permasalahannya adalah ISIS tidak menerapkan contoh dari kehidupan reigius orang-orang Saudi. Ketika mereka meninggal, mereka mulai memakai kata-kata dan memelintir kata serta sudut pandang para ulama itu,” katanya lagi.

Pangeran MbS kemudian mengklaim kehidupan orang-orang Islam Sunni dan Syiah yang saling berdampingan. Ia juga mencontohkan ada pula madrasah-madrasah Syiah selain Sunni di Saudi.

“Hari ini tak boleh ada satu pun pihak yang memaksakan ajaran mereka yang menjadikannya satu-satunya paham di Saudi,” tutur Pangeran MbS. “Mungkin itu pernah menjadi sejarah kami seperti yang pernah saya katakan tepatnya pada era 1980-an, 1990-an, dan awal 2000-an. Hari ini, kami berada dalam jalur yang benar.”

Wahabi adalah pemikiran Islam yang ditujukan untuk pengikut Muhammad bin Abdul Wahab yang berpegang teguh pada purifikasi atau pemulihan Islam ke bentuk asli sesuai teks Alquran dan Hadis.

LD PBNU melihat kelompok yang mengikuti paham wahabi kerap menuding bidah hingga mengkafirkan tradisi keagamaan yang dilakukan mayoritas umat Islam di Indonesia. Walhasil, masyarakat Islam di akar rumput kerap terjadi perdebatan.

Tak hanya itu, LD PBNU juga menilai paham wahabi itu ditengarai sebagai embrio munculnya paham radikalisme, ekstremisme, dan terorisme.

Aliran wahabisme sempat dicurigai jadi ideologi kelompok teroris ISIS yang pernah mengacaukan Suriah dan Irak. Ada pula pihak yang menuduh ISIS merupakan bagian dari agenda Saudi.

Menurut Global Policy Journal wahabisme tertanam dalam masyarakat secara institusional hanya ada di dua negara, Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab (UAE), Bahrain, Libya, Aljazair, hingga Kuwait, bahkan segelintir orang Malaysia dan Indonesia.

Menurut International Institut for Asian Studies sejumlah pemuka agama Islam di Malaysia telah mempromosikan ide-ide konservatif dan eksklusif akhir-akhir ini. Kelompok ini terdiri dari individu yang paham betul ilmu agama, termasuk mufti, ulama, penceramah, guru agama, dan birokrat agama.

Namun jika permintaan NU dikabulkan pemerintah, banyak netizen yang justru kuatir yang buruk lainnya bakal terjadi.

“Ini sebenernya siapa sih yang pemecah belah umat. Asal akidahnya sama knapa harus saling sikut,” cetus Akun @panca_negara.

“Selama salafi dan wahabi (dengan definisi yg tak jelas) masih dianggap satu hal yg sama. Maka selama itu pula isu-isu dan fitnah sejenis, akan subur untuk memecah belah umat,” ujar akun @a__ha_n_.

“Ini yg guru gembul maksud dengan ketakutan berdasarkan komunal. Bukan keislamannya itu sendiri. Sesama islam kalau bukan termasuk komunitas/kelompok nya, dianggap salah harus diberantas. Sudah jelas pesan Rosul dimasa depan umat islam itu bamyak tapi bagai buih dilautan,” tulis Agus di akun @mabas39.

“Itu sikap NU merasa paling benar. Seperti memusuhi FPI, membubarkan FPI, demi melanggengkan rezim yang banyak mengacaukan ummat. 6 Laskar FPI dibantai, mereka diam. Coba orang NU yang dibantai, biasa langsung menyalahkan kelompok lain,” komentar akun @risxxx72.

“Harusnya diajak diskusi, dirangkul,” usul akun @cahyosetiadi.

“Masjid2 yg masyarakatnya mengaku NU malah diramaikan orang2 yg disangka wahabi. Kalau tidak mau kalah jamaah, ya gerakkan warganya yg mayoritas NU untuk makmurkan masjid. Gak semua yg celana cantung, jidat hitam, baju gamis, jenggot panjang itu wahabi,” kicau @pengguna_new.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top
error: Content is protected !!