KABARKALIMANTAN1, PALANGKA RAYA – Selama ini perempuan sering menjadi korban konflik baik konflik rumah tangga maupun konflik luar. Hal ini mematik perhatian kalangan anggota DPRD Kota Palangka Raya khususnya para legislator kaum hawa.
Seperti yang di katakan Anggota DPRD Palangka Raya, Ruselita. Oleh itu ia mengajak semua pihak memberikan tempat yang aman bagi kaum perempuan serta melindungi perempuan dari pusaran konflik yang kerap menjadikan perempuan sebagai korban.
Ia mengatakan perempuan sering berada dalam pusaran konflik, mulai dari konflik rumah tangga, sosial, hingga perang antarnegara. Sebagai kelompok rentan, selain anak, perlindungan perempuan dalam konflik harus menjadi prioritas.
“Mendapat kekerasan, kehilangan akses kebutuhan dasar, akses sumber daya alam, sampai menjadi sasaran kekerasan seksual. Oleh karenanya, perlindungan dan kepentingan perempuan harus menjadi prioritas,” katanya.
Sebagai anggota dewan, Politisi Perindo itu memastikan bahwa legislasi yang dibuat dalam bentuk peraturan daerah mampu melindungi perempuan sebagai kelompok rentan. Bahkan selama ini sering terjadi kekerasan pada perempuan.
“Saya juga ingin mengajak perempuan agar selalu berani bersuara saat menghadapi konflik. Sebab perempuan punya banyak kontribusi positif dalam sendi-sendi kehidupan bermasyarakat,” tuturnya.
Hari Perempuan Sedunia sendiri bermula dari adanya aksi unjuk rasa pada 8 Maret 1909. Lalu, aksi buruh perempuan di New York pada tahun 1911 menjadi tonggak sejarah kesetaraan gender dalam aspek-aspek kehidupan.
“Semangat perempuan untuk berjuang agar diperlakukan sama dalam kehidupan bersosial, budaya, ekonomi, dan politik harus terus digelorakan. Karena kita tahu, banyak tokoh hebat dunia yang datang dari kaum perempuan,” tandasnya. (GUS)
