KABARKALIMANTAN1, London – Krisis ekonomi dan energi kini melanda negara kuat, Inggris. Tak kuasa tercekik krisis ekonomi, banyak remaja Inggris kini mencari penghasilan tambahan dengan menjadi pekerja seks komersial (PSK).
Martha (bukan nama sebenarnya) merupakan satu dari banyak wanita yang menjalani pekerjaan sambilan sebagai PSK akibat krisis di Inggris. Ia mulai menggeluti bidang PSK daring sejak tahun lalu, saat gaji sebagai asisten ritel tak cukup untuk memenuhi kebutuhan di tengah krisis.
Awalnya, ia bisa mendapatkan hingga 250 pound sterling atau setara Rp4,3 juta sebulan. Namun kini, pendapatannya merosot menjadi sekitar 150 pound sterling atau Rp2,6 juta.
“Pelanggan muai sering menawar lebih rendah karena mereka juga butuh uang. Saya khawatir keadaan akan lebih buruk karena kantong makin tipis,” ujar Martha kepada Reuters.
Saingan Martha di bidang prostitusi online juga terus meningkat karena krisis semakin parah. Jaringan pekerja seks “Prostitusi Kolektif Inggris” atau ECP melaporkan, perempuan yang memulai profesi sebagai PSK lewat aplikasi mereka meningkat 30 persen pada Juni lalu.
Sementara itu, badan amal yang mendukung pekerja seks di Inggris, Aksi Manchester Terkait Kesehatan Jalanan (MASH), mencatat 100 PSK baru antara Desember 2021 dan April 2022.
Persaingan antar-PSK pun semakin ketat. ECP memperingatkan bahwa pekerja seks kini mungkin merasa terpaksa menawarkan jasa dengan risiko lebih besar.
“Semakin putus asa mendapatkan uang, kian siap mereka menawarkan jasa yang biasanya tak mereka lakukan,” ujar juru bicara ECP, Laura Watson, kepada Reuters.
Di Inggris sendiri, mendapatkan uang dari seks dilegalkan. Namun, kelompok-kelompok seperti ECP diimbau untuk tak membantu atau memfasilitasi prostitusi.
Pemerintah Inggris khawatir, jika ada dukungan, semakin banyak warga yang ingin terjun ke dunia prostitusi untuk pertama kalinya. “Orang mulai menjadi PSK tanpa berbicara kepada siapa pun. Potensi dampak keselamatannya sangat mengkhawatirkan,” tutur Watson.
Tak hanya PSK jalanan, para pekerja seks online seperti di OnlyFans juga kini terancam bahaya lebih besar. Juru bicara Serikat Pekerja Seks Inggris, Audrey Carradonna, mengatakan para pekerja seks virtual kini juga dalam bahaya.
Mereka mulai terimpit berbagai keputusan pihak lain. Tahun lalu, misalnya, Mastercard mengetatkan kebijakan pembayaran di situs-situs dewasa, termasuk prostitusi online seperti OnlyFans.
Inggris juga sedang menggodok Rancangan Undang-Undang Keselamatan Daring yang di antaranya mengatur larangan iklan di situs prostitusi. Jika prostitusi online dinilai tak terlalu menguntungkan, para perempuan itu berpotensi turun ke jalanan.
Situasi ini memicu ketidakpastian bagi para pekerja prostitusi online, seperti Martha, apalagi bayaran di OnlyFans semakin rendah. Meski diliputi ketidakpastian, Martha tak bisa lagi lepas dari dunia prostitusi. “Saya tak yakin bisa bertahan tanpa jadi PSK karena butuh uang di saat krisis,” katanya.
PM Didesak Mundur
Perdana Menteri Inggris, Liz Truss, meminta maaf atas “kesalahan” terkait kebijakannya yang menyebabkan banyak investor lari dan membuat krisis ekonomi kian memburuk di tengah ancaman resesi.
Peringkat penerimaan publik Truss juga terus merosot hingga memicu sejumlah anggota parlemen mendesaknya mundur, padahal ia baru terpilih menjadi PM pada awal September lalu.
“Saya takkan mundur dan ingin menerima tanggung jawab serta meminta maaf atas kesalahan yang telah dibuat,” kata Truss kepada BBC seperti dikutip Reuters pada Senin (17/10).
Ia sebenarnya ingin melakukan sesuatu untuk membantu masyarakat yang terus menghadapi kenaikan biaya energi (listrik), serta menangani masalah pajak yang tinggi, tapi ia mengaku bertindak terlalu jauh dan terlalu cepat.
Truss berjanji ia akan tetap memimpin Partai Konservatifnya yang kini berkuasa sampai ke pemilihan umum berikutnya digelar. “Saya bertahan karena saya terpilih untuk memberi kontribusi untuk negara ini,” katanya.
Truss baru saja kehilangan Mendagri dan Menkeu. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Inggris, Suella Braverman, memutuskan mundur setelah mengkritik Truss habis-habisan soal kebijakan ekonominya yang dinilai memperburuk krisis.
Braverman mundur setelah tujuh pekan menjabat sebagai Mendagri pilihan Truss. “Saya khawatir tentang arah pemerintah saat ini. Kami tidak hanya melanggar janji utama terhadap para pemilih, tapi juga khawatir tentang komitmen pemerintah untuk menghormati berbagai komitmen manifesto,” kata Braverman.
“Keberlangsungan pemerintah bergantung pada orang yang menerima tanggung jawab atas kesalahan mereka. Berpura-pura tidak membuat kesalahan dan melanjutkan seolah-olah semua orang tidak melihat kesalahan, serta berharap segala sesuatu akan berjalan lancar secara ajaib, adalah politik main-main.”
Pengunduran diri Braverman juga berlangsung ketika dia kedapatan melanggar kode etik menteri karena sempat mengirim dokumen resmi negara melalui email pribadi ke parlemen.
Truss juga memberhentikan Kwasi Kwarteng sebagai menteri keuangan. Ini dipicu kebijakan ekonomi yang “compang-camping” di tengah krisis biaya hidup di negara itu.
“Anda telah meminta saya untuk mundur. Saya telah menerimanya,” tulis Kwarteng yang mempercepat kepulangannya dari kegiatan di Washington (AS) terkait G20, dalam sebuah surat kepada Truss, dikutip AFP, Jumat lalu.