Kampanye Hitam Mulai Serang Safari Anies di Jawa Timur

FacebookWhatsAppXShare

KABARKALIMANTAN1, Surabaya – Kampanye hitam mulai menyerang kubu Anies Baswedan, Calon Presiden dari Koalisi Perubahan. Dalam rencana kunjungan Anies ke sejumlah daerah di Jawa Timur, pola kampanye hitam muncul berbarengan dengan penolakan dari kelompok masyarakat yang tak satu visi.

Mereka yang mengatasnamakan dirinya Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB). Bentuk penolakan itu, PNIB lakukan dengan memasang spanduk di sejumlah titik Kota Surabaya. Beberapa di antaranya dipasang di sekitar Masjid Al Akbar Surabaya, Kebun Binatang Surabaya, dekat Masjid Rahmat, sekitar Tunjungan Plaza, dan Taman Bungkul.

Spanduk itu bertulis “PNIB Surabaya, Jawa Timur dan Indonesia tolak khilafah, radikalisme, terorisme politik identitas ayat & mayat seperti Anies Baswedan di Pilkada DKI Jakarta”. Terpampang juga gambar wajah Anies yang dicoret.

“Kami, PNIB secara tegas menolak Anies, karena kami konsisten melawan politik identitas, radikalisme dan terorisme,” kata Ketua Umum PNIB Waluyo Wasis Nugroho, atau Gus Wal, Rabu (15/3/2023).

Anies Baswedan akan berkunjung ke Jawa Timur pada akhir pekan ini. Dia akan berkeliling menemui masyarakat di sejumlah daerah.

Ketua DPW Partai Nasdem Jatim Sri Sajekti Sunjunadi mengatakan kunjungan Anies ke Jatim untuk memenuhi permohonan sejumlah elemen relawan dan pendukung mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

“Kunjungan Pak Anies ke Jatim untuk bersilaturahmi sekaligus menyapa simpul-simpul relawan dan pendukungnya di Jatim, yang kian hari semakin banyak dengan beragam latarbelakang dan tersebar di seluruh Jawa Timur,” kata Janet sapaan akrabnya, Selasa (14/3).

Janet mengatakan Anies bakal tiba di Surabaya Jumat (17/3) siang. Dia kemudian menuju Masjid Al Akbar Surabaya untuk Salat Jumat berjamaah. “Setelah Jumat’an beliau melakukan perjumpaan dengan simpul-simpul relawan pendukung di Dyandra Hall Surabaya,” ucapnya.

Selanjutnya, Anies akan berkunjung ke Sampang Madura. Pada Sabtu (18/3) Anies akan berkunjung ke beberapa tempat di Kota Surabaya. Esoknya, Minggu (19/3), Anies akan ikut jalan santai di Grand City Surabaya dilanjut menyambangi Tunjungan Surabaya untuk menyapa warga Surabaya.

Ketua DPD Partai Demokrat Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan mereka sedang membangun kebersamaan. Dia yakin kedatangan Anies makin membuat koalisi menjadi makin kompak.

“Kami yakini bisa menjadi modal dasar yang baik untuk berikhtiar dan berjuang bersama-sama menghadapi pemilu mendatang,” kata Emil, beberapa waktu lalu.

Tuduhan Dibantah

Gus Wal menyebut, PNIB tak ingin Anies mengulang praktik politik identitas yang disebutnya terjadi pada Pilkada DKI 2017 silam. “Karena kami tidak ingin apa yang dilakukan Anies dulu di Pilkada DKI 2017, diduplikasi ke seluruh negeri. Kami nggak mau politik identitas menyebar luas ke seluruh antero negeri,” ucapnya.

Ia mengatakan, politik identitas yang terjadi saat Pilkada 2017 lalu jelas sudah membuat bangsa ini terpecah belah. Praktik ini menghalakan segala cara demi ambisi politik semata.

“Politik identitas itu menggunakan ayat untuk pembenaran, untuk syahwat politik. Kami ingin menyadarkan masyarakat, jangan sampai kedatangan Anies ini menjadi embrio lahirmya politik identitas seperti Pilkada Jakarta lalu. Sangat sadis dan kejam,” katanya.

Bantahan dari kubu relawan Anies, cukup menohok. “Kita tahu, pada Pilkada 2017 bukan Pak Anies yang jual ayat. Tapi Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama yang menghina ayat Al Quran. Kita diajarkan tak saling hina ajaran agama lain,” ujar M. Yudi Suryata, relawan Anies yang juga warga Tambakrejo, Surabaya yang dihubungi redaksi via telepon Kamis (16/3) pagi.

“Saat itu Pak Anies tak tahu apa-apa soal ayat Al Maidah yang dihina Ahok dan beliau tak banyak komentar. Massa dari seluruh Indonesia yang marah dan datang ke Jakarta. Sekarang, 2023 kok Gus ini-itu menuding Pak Anies hidupkan khilafah, radikal, dukung teroris dan lain-lain. Warga Surabaya dan Jatim tidak bodoh, Gus. Jangan klaim mengatas-namakan warga Surabaya. Kami juga warga Surabaya.”

Gus Wal mengakui, beberapa spanduk yang dia pasang kini sudah dilepas oleh relawan dan simpatisan Anies. Dia pun menyayangkan hal itu. “Terakhir kami pasang Sabtu (11/3) malam, dan sekarang beberapa spanduk dilepas oleh relawan Anies,” katanya.

Sebelumnya, Anies Baswedan juga mendapatkan penolakan di sejumlah daerah seperti Aceh, Riau, Ciamis, Bandung, hingga Yogyakarta. Tapi fakta di lapangan memang menunjukkan penolakan itu hanya segelintir orang. Massa yang menghadiri acara Anies senantiasa melimpah. Bahkan di daerah yang bukan jadi basis Islam seperti Papua.

Kunjungan Anies Baswedan, setelah beberapa hari sebelumnya muncul penolakan.

Soal Curi Start

Gus Wal juga menyebut Anies mencuri start kampanye. Tapi Pakar Politik Universitas Airlangga Surabaya, Ali Sahab SIP MSi, menilai bahwa hal tersebut merupakan langkah wajar.

“Dalam konteks politik, terdapat 2 istilah kampanye, yaitu kampanye politik dan kampanye pemilu. Apa yang dilakukan Anies itu merupakan kampanye politik yang dilakukan jauh sebelum masa kampanye. Ini perlu diapresiasi untuk siapapun,” ucap Ali Sahab.

Menurut Ali, hal tersebut justru menjadi media pembelajaran politik bagi masyarakat. Walaupun terdapat pro-kontra, itu lumrah terjadi di sebuah negara demokrasi. “Ini media penyampaian ide dan gagasan untuk Indonesia. Sehingga pemilih tahu kemampuan seseorang yang akan menjadi calon presiden,” pungkasnya.

Mengenai isu pelanggaran yang dilakukan, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair tersebut menilai anggapan mencuri start untuk berkampanye, hanya mengada-ngada.

“Orang yang bisa dikatakan curi start ketika dia sudah didaftarkan sebagai calon dan memasuki masa kampanye. Tidak bisa disanksi,” jelasnya.

FacebookWhatsAppXShare

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *