KABARKALIMANTAN, Abu Dhabi – Setelah kelompok Taliban mengambil alih istana presiden di ibu kota Afghanistan, Presiden Afghanistan terguling, Ashraf Ghani, meninggalkan Kabul pada Minggu (15/8) malam. Saat ini bisa dikonfirmasi Ghani dan keluarga ditampung pemerintah Uni Emirat Arab (UAE).
Pemberi konfirmasi adalah Kementerian Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Uni Emirat Arab. Pada Rabu (18/8) Kemenlu mengonfirmasi bahwa UAE menyambut Ashraf Ghani beserta keluarga ke negaranya atas alasan kemanusiaan. Artinya, UAE tidak mendukung Ghani serta memusuhi Taliban. Ini murni alasan kemanusiaan.
Seperti diketahui, Taliban menyatakan perang di Afghanistan sudah, selesai setelah Ghani pergi ke negara lain dan pasukan yang dipimpin oleh Amerika Serikat meninggalkan Kabul. Pada saat bersamaan, negara-negara Barat lainnya juga bergegas mengevakuasi warga negara mereka. Tercatat hanya Russia dan Cina yang tak mengevakuasi diplomatnya.
Ibu kota Afghanistan, Kabul, berada dalam kondisi relatif damai selama beberapa hari sejak Taliban menguasai kota tersebut pada Minggu. Taliban pada Selasa (17/8) mengatakan pihaknya berencana membentuk pemerintahan inklusif di Afghanistan dan tidak ingin memiliki musuh internal maupun eksternal.
Pasukan militer pimpinan AS melancarkan invasi ke Afghanistan pada 2001, saat kubu Taliban mengendalikan kekuasaan. AS menyerbu dengan dalih memerangi terorisme dan melengserkan rezim Taliban. Namun selama 20 tahun, Taliban melancarkan perang gerilya, dengan dukungan masyarakat. Maklum, di negeri itu ada yang kontra, ada pula yang pro Taliban.
Dalam keterangan kemarin, pihak AS menyatakan, jika mereka bisa kembali menyerang Afghanistan jika terbukti negeri itu menjadi sarang teroris. Sebaliknya, jika ingin Afghanistan di bawah rezim Taliban ingin diakui AS dan sekutunya, maka mereka harus benar-benar menyingkirkan unsur terorisme di sana.