BISNIS

Dibantah Bos Indofood, Kementan Klarifikasi Harga Mi Instan Naik 3 Kali Lipat

KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Heboh pernyataan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang mengatakan harga mi instan bisa naik 3 kali lipat, diklarifikasi seusai bos Indofood, Fransiscus Welirang memberikan bantahan.

Kementan melalui Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kuntoro Boga Andri, menjelaskan maksud dari ucapan Yasin Limpo. Menurut Kuntoro, pernyataan Menteri Pertanian itu sebetulnya hanya sebatas pengingat kepada produsen mi instan bahwa bahan baku tepung terigu yang digunakan untuk memproduksi mi instan berasal dari impor, sehingga tergantung gejolak harga negara-negara produsen.

“Kementan merespons positif pernyataan salah satu pelaku industri pangan olahan berbasis gandum yang menyebutkan kenaikan harga produk pangan olahan tidak akan signifikan. Pemerintah mengharapkan semua pelaku industri pangan terus berkomitmen untuk menjaga harga produk mereka,” ujar Kuntoro melalui siaran pers, Kamis (11/8/2022).

“Hati-hati yang banyak makan mi dari gandum, besok harganya 3 kali lipat itu. Maafkan saya bicara ekstrem saja. Ada gandumnya, tapi harganya akan mahal banget. Sementara kita impor mi terus,” kata Syahrul dikutip dari Youtube Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Selasa (9/8).

Kedua Tertinggi

Indonesia merupakan negara kedua dengan nilai impor gandum tertinggi di dunia, padahal gandum merupakan tanaman pangan yang sulit ditanam. Total nilai impornya tercatat mencapai US$ 2,6 miliar pada 2020 atau setara 5,4 persen dari total impor gandum dunia.

Kuntoro melanjutkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2019 konsumsi gandum per kapita penduduk Indonesia adalah 30,5 kg/tahun dengan kebutuhan gandum terbesar adalah untuk industri produk pangan olahan, seperti mi instan, kue, dan roti. Sementara itu, makanan pangan pokok penduduk Indonesia yaitu beras, konsumsinya per kapita sebesar 27 kg/tahun.

Dia mengatakan, harga produk hasil gandum tentu akan mudah terpengaruh kondisi global, terutama negara-negara produsen utama. Apalagi, dia melanjutkan, sejumlah negara penghasil gandum, seperti Rusia, India, Serbia, Mesir, Afghanistan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Kosovo, tengah mengeluarkan kebijakan pembatasan ekspor untuk merespons tren ancaman krisis pangan.

“Perang Rusia-Ukraina juga sangat memengaruhi pasokan gandum untuk kebutuhan global. Menurut laporan FAO, sekitar 50 negara menggantungkan sekitar 30 persen impor gandumnya dari Rusia dan Ukraina,” ucap Kuntoro.

Kuntoro berpendapat, konflik geopolitik masih bisa mempengaruhi pasar gandum di Indonesia, karena total produk pangan yang diimpor dari kedua negara yang berkonflik, yaitu Rusia dan Ukraina pada 2021 sebesar US$956 juta dan 98 persen di antaranya adalah gandum.

Dia mengatakan, kalimat potensi kenaikan harga mi intan itu dilontarkan Mentan untuk mengingatkan masyarakat dan juga pelaku industri pangan terhadap potensi krisis pangan tersebut. Seraya juga terus mengupayakan sejumlah langkah untuk bisa menghindarkan Indonesia dari kemungkinan kelangkaan pangan.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah mensubtitusi kebutuhan bahan pangan impor dengan bahan lokal. “Gandum dapat disubstitusi sorgum yang sangat cocok dikembangkan disini. Pangan lokal alternatif, seperti singkong dan umbi-umbian juga dapat menyelamatkan kita dari krisis pangan,” ucap Kuntoro.

Bantahan Franky

Sebelumnya Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), Franciscus Welirang, angkat bicara menanggapi pernyataan Syahrul Yasin Limpo soal harga mi instan di dalam negeri yang berpotensi naik hingga 3 kali lipat seiring dengan tingginya harga gandum dunia, efek perang Rusia-Ukraina.

Franciscus memastikan harga mi instan buatan Indomie tidak akan melonjak sampai 3 kali lipat. Salah satunya karena harga gandum internasional belakangan sudah terpantau menurun.

Pria yang akrab disapa dengan Franky tersebut menjelaskan harga gandum mencapai level tertinggi pada Mei 2022 dan akan tiba di Indonesia pada Agustus ini. “Harga gandum tertinggi sudah lewat dan sepertinya tidak akan naik lagi,” katanya, Rabu (10/8).

Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) ini menyatakan tren penurunan harga gandum didukung oleh membaiknya panen di Kanada dan Amerika Serikat, salah satu pemasok gandum terbesar untuk Indonesia.

Sementara itu, kenaikan harga gandum untuk bahan baku tepung dan mi instan telah diikuti dengan penyesuaian harga jual sejak tahun lalu. “Harga gandum naik sejak 2021 dan tidak semata-mata karena konflik Ukraina-Rusia, tapi juga karena panen yang kurang baik di Amerika Utara,” tutur Franky.

Per akhir tahun 2021, harga terigu serbaguna dan protein tinggi telah naik 6 persen. Sementara itu harga tepung protein rendah naik 15 persen. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), anak usaha INDF yang memproduksi mi instan Indomie, telah menaikkan harga jual dalam beberapa bulan terakhir.

 

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top
error: Content is protected !!