Brigade Pangan Uji Coba Pola Kemitraan Baru: Petani Dapat 70%, Modal Ditanggung Penuh

FacebookWhatsAppXShare

KABARKALIMANTAN1, Dadahup – Brigade Pangan (BP) Petani Keren kembali melakukan terobosan dalam pengelolaan pertanian. Pada musim tanam kali ini, BP tidak lagi menggunakan pola lama berupa sistem upah harian atau borongan, melainkan mencoba pendekatan baru berbasis kemitraan bagi hasil.

Dalam skema baru ini, petani yang juga bertindak sebagai penggarap akan memperoleh 70% dari hasil panen bersih, sementara BP sebagai penyedia modal akan mendapatkan 30%. Menariknya, seluruh risiko gagal panen akan sepenuhnya ditanggung oleh BP.

“Ini kami lakukan supaya petani yang tidak punya modal tetap bisa menanam. Kami ingin mereka tetap semangat, dan di sisi lain BP bisa menjalankan fungsi manajerial dengan lebih baik,” ujar Reyri Kaswanda, Manajer BP Petani Keren.

Adapun skema kerja disusun cukup rinci. BP menetapkan pagu dana untuk setiap item pekerjaan beserta besaran nominalnya.

Petani mengerjakan tiap item tersebut dan akan dibayar setelah pekerjaan selesai. Di akhir musim, semua modal dikalkulasi dan dikurangi dari hasil panen sebelum dibagi sesuai porsi.

Meskipun ada masukan dari sejumlah petani untuk kembali ke sistem upah lepas, Reyri menyatakan ketidaksetujuannya.

“Kalau upah lepas, rasa tanggung jawab itu cenderung lebih ringan. Kami ingin petani dan BP sama-sama punya harapan dan tanggung jawab yang besar terhadap lahan yang digarap,” tegasnya.

Hingga saat ini, lahan yang digarap dengan sistem kemitraan baru ini masih terbatas sekitar 5 hektare. Salah satu kendalanya adalah belum tersosialisasinya konsep ini secara menyeluruh kepada warga sekitar.

Reyri mengakui bahwa pola ini masih tergolong baru sehingga butuh waktu untuk sosialisasi dan membangun pemahaman bersama. Ia berharap, seiring waktu pola pikir petani terhadap program kemitraan ini bisa lebih terbuka.

“Kami sangat terbuka bagi siapa saja yang ingin bermitra dan sama-sama membangun pertanian yang adil dan saling menguatkan,” tambahnya.

Langkah ini sekaligus menjadi upaya BP untuk menarik perhatian pemodal agar mau melirik pola manajerial pertanian yang transparan dan saling menguntungkan antara penggarap dan pemodal. (ADM)

FacebookWhatsAppXShare

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *