Indonesia

Banyak Kontroversi Keputusan Wasit, Saatnya Pakai VAR

KABAR KALIMANTAN 1, Jakarta — Kontroversi keputusan wasit kian marak pada lanjutan pentas Liga 1 pekan ke-8. Lalu, kenapa tak pakai Video Assistant Referee atau VAR saja untuk mereduksi kontroversi?

Dalam laga Barito Putera vs PSIS Semarang, Rabu (20/10/2021), wasit Bachrul Ulum dinilai membuat keputusan kontroversial.

Dalam laga yang berlangsung di Stadion Sultan Agung, Bantul, Laskar Antasari arahan Djadjang Nurdjaman kalah 0-1.
Yang ramai menjadi pembahasan publik adalah keputusan wasit Bachrul Alan terkait pelanggaran di pertahanan PSIS.

Laga ini dipimpin Bachrul dan dua asisten, Sugiarto serta Hamdani. Pada menit ke-18, bek kanan Barito, Bagas Kaffa melakukan akselerasi di sisi kiri pertahanan PSIS. Saat sudah masuk area kotak penalti lawan, Bagas ditabrak Rio Saputro hingga jatuh.

Wasit Bachrul dan sang asisten Sugiarto menganggap itu sebagai pelanggaran dan memberi Rio hukuman kartu kuning. Namun wasit menganggap pelanggaran tersebut terjadi di luar kotak penalti.

Mengacu rekaman pertandingan, Bagas tampak jelas ditabrak dan terjatuh saat sudah berada di kotak penalti. Wasit tak menunjuk titik putih, melainkan hanya menginstruksikan tendangan bebas.

Tudingan di media sosial bahwa PSIS didisain sebagai juara Liga 1, sudah sering terdengar. Aksi korps baju hitam dinilai banyak membantu PSIS.

Tentu saja kru PSIS dan pendukung fanatiknya menolak. Bahwa ada beberapa kontroversi sikap wasit, toh hal itu juga terjadi di laga lainnya.

Akibat kekalahan itu, Barito kini menjadi juru kunci klasemen sementara Liga 1 dengan 4 poin. Adapun Laskar Mahesa Jenar, sebutan PSIS, kokoh di puncak klasemen dengan 18 poin. Tim asuhan Ian Gillan ini belum terkalahkan, sama dengan Persib Bandung (peringkat 3).

Kontroversi juga terjadi pada laga Persebaya kontra Persela. Pemain Persela Ivan Carlos dianggap offside, saat dia berpotensi berada dalam posisi 1 lawan 1 dengan kiper.

Dari sudut pandang pemirsa televisi, dia tidak offside. Tapi kubu Persebaya punya rekaman, isinya sebaliknya.

Insiden bola melewati garis gawang tanda gol namun dianulir wasit, jadi kontroversi lainnya. Dengan makin maraknya kontroversi yang bisa memicu keributan, kenapa tidak pakai VAR saja?

Harga Rp 7 Miliar

Wacana penggunaan Video Assistant Referee pernah disuarakan di Liga 1 2019. Hal itu tak lepas dari keputusan Komite Eksekutif (Exco) PSSI yang meminta PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi untuk menyiapkan kajian anggaran dan infrastruktur.

VAR pertama diberlakukan di Piala Dunia 2018. Kini sebagian besar negara Eropa sudah memakai VAR, tak terkecuali liga termahal di dunia, England Premier League (EPL).

Anggota Exco PSSI, Yoyok Sukawi, mengatakan penggunaan VAR sudah lama didiskusikan di kalangan kepengurusan PSSI dan Exco.

”Kami di Exco itu kalau rapat sudah membicarakan apa solusi terbaik supaya tidak terjadi banyak kontroversi wasit lagi. Di antaranya, ya, penggunaan VAR,” ujar Yoyok.

‘Cuma masalahnya, ternyata penggunaan VAR itu menyulitkan. Pertama, Indonesia itu klub di Liga 1 lokasi dari satu tempat ke tempat lain berjauhan.

“Nah, kalau VAR kami bebankan ke klub, itu ‘kan masing-masing tuan rumah harus bersiap membeli perangkatnya. Setelah diketahui, harga perangkat VAR itu lebih dari Rp 7 miliar. Itu yang sesuai standar FIFA,” ucap Yoyok.

Lain soal jika liga pakai sistem bubble di 1-3 kota seperti sekarang, biaya VAR bisa terjangkau.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top