4 Hari Lagi Liga 1 Kick Off, PSSI Disodori Indikasi Negatif Terkait Wasit

FacebookWhatsAppXShare

KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Liga 1 tinggal 4 hari lagi, tapi ancaman kasus “kenakalan” di seputar wasit terus mengintip. Founder Football Institute, Budi Setiawan, menyebut indikasi pengaturan skor musim lalu, bisa dilihat dari penugasan wasit. Data ini bisa jadi referensi pemantauan Liga 1 musim 2023/2024.

Temuan itu pada Senin (26/6/2023) dikutip Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang menyebut ada indikasi pengaturan skor oleh perangkat pertandingan. “Dalam waktu dekat, saya perintahkan kepada satgas anti mafia bola untuk melakukan pendalaman dan penyelidikan sesuai dengan data-data yang kami temukan,” ujar Listyo.

Ia bahkan mengancam untuk tak segan-segan menyeret siapapun yang terlibat ke penjara. Sejauh bukti pendukung kuat, opsi memenjarakan pelaku praktek nakal yang biasanya melibatkan wasit, yang memberi tugas, juga klub serta pemain. Tak tertutup juga keterlibatan peran perantara.

Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyambut antusias temuan indikasi wasit curang musim lalu.
Erick menganggap informasi tersebut sesuai dengan tujuan awal dirinya memimpin PSSI dan berharap bisa memberantas tindakan-tindakan mafia sepak bola.

“Seperti yang tadi kami sampaikan bersama pak Kapolri, kita bersatu memastikan liga berjalan bersih. Saya yakin pak Kapolri ketika membuat statement tadi pagi, didasari data,” ujar Erick.

“Kita tunggu apa yang dilakukan oleh satgas. Saya mendukung penuh, karena sejak awal menjadi ketua umum PSSI, saya ingin punya nyali menciptakan sepakbola yang bersih dan berprestasi,” ujar Erick dalam konferensi pers Liga 1 bersama Kapolri di Mabes Polri, Senin (26/6).

Erick pun berterima kasih kepada pihak kepolisian atas pembentukan tim satuan tugas anti-mafia bola. “Sejak awal saya dan pak Kapolri diinstruksikan oleh bapak Presiden agar menciptakan iklim sepakbola yang bersih,” lanjut Erick.

“Karena ini penting buat juga kita mendorong liga kita menjadi nomor satu di Asia Tenggara dan terciptanya tim nasional yang bisa bertanggung jawab, sehingga meraih prestasi dengan baik. Saya harap proses pengungkapan dugaan pengaturan skor, bisa transparan,dilandasi data dan fakta.”

Indikasi Kecurangan

Sebelumnya, Founder Football Institute Budi Setiawan menyebut indikasi pengaturan skor itu bisa dilihat dari pertandingan. Ia mengingatkan Ketua Umum PSSI dan Kapolri terkait aksi Satgas Task Force pengawasan pengaturan skor.

Budi mendorong upaya PSSI menciptakan pertandingan sepakbola yang bersih, bebas mafia wasit, dan anti match fixing. Apalagi, PSSI sudah melakukan seleksi wasit yang akan memimpin kompetisi musim 2023-2024.

“Bagaimana jalannya pertandingan? Siapa yang memimpin? Ini menjadi data awal indikasi karena bisa jadi wasit-wasit yang bertugas memimpin tim-tim itu saja memang ada juragannya, yang pesan wasit tertentu yang memimpin laga timnya,” kata Budi Setiawan di Jakarta, Minggu (25/6/2023).

“Coba Pak Erick dan Pak Sigit, tengok data-data yang kami punya bisa menjadi pertimbangan, jangan sampai satgas yang sudah dibentuk itu tidak ada tindak lanjutnya. PSSI tidak bisa menganggap sepele masalah wasit ini. Kualitas pertandingan sepakbola tidak hanya ditentukan oleh dua tim yang bertanding, namun juga sang pengadil lapangan. Itu juga indikator kesuksesan kualitas sepakbola Indonesia.”

Untuk itu, Budi mengusulkan Riset, Data dan Trend Penugasan Wasit musim kompetisi 200/2021 hingga 2022/2023 yang telah dibuat Football Institute bisa dijadikan acuan Satgas Task Force.

Dari data yang telah disusun Football Institute, ditemukan banyak wasit yang tidak lolos seleksi untuk memimpin Liga 1 dan Liga 2 musim 2023/2024 dalam Seleksi Wasit yang digelar 15-16 Juni lalu.

Bahkan, sebanyak 58 % wasit dengan penugasan tertinggi di Liga 1 2022/2023, tidak lolos seleksi sebagai wasit Liga 1. Selain itu, sebanyak 18% wasit liga 1 terdegradasi ke liga 2. Ini menjadi bukti banyak wasit yang tidak layak memimpin Liga 1 dan Liga 2.

“Artinya musim kompetisi 2022/2023 dipimpin oleh wasit yang tidak kompeten dengan fakta angka-angka di atas. Hanya 13% wasit lolos seleksi Liga 2, 37% degradasi ke liga 3, dan 50% tidak lolos. Kemudian Liga 2 selama ini dipimpin oleh wasit yang tidak memenuhi kualifikasi sesuai angka-angka diatas,” jelasnya.

Menurut Budi, tujuan hasil riset ini dirilis karena ingin melihat dalam 3 musim kompetisi, kualitas kepemimpinan wasit seperti apa dengan melalui metodologi riset dengan sampling yang betul-betul akurat dari total 719 pertandingan Liga 1, mulai dari kompetisi musim 2020 hingga 2022/2023, serta pelaksanaan turnamen Piala Menpora hingga Piala Presiden.

Dalam data tersebut, tercatat 14 wasit yang dalam 3 tahun terakhir memiliki laga secara dominan. Tiga wasit teratas antara lain seperti Thoriq M. Alkatiri dengan 34 kali bertugas, yakni 19 kali di Liga 1 musim 2020-2022 dan 15 kali di musim 2022-2023. Kemudian Agus Fauzan Arifin dengan 32 kali bertugas (20 kali di Liga 1 musim 2020-2022 dan 12 kali di musim 2022-2023). Serta Steven Yubel Poli dengan 31 kali bertugas (16 kali di Liga 1 2020-2022 dan 15 kali di musim 2022-2023).

Dari data tersebut, Budi menilai terjadi ketimpangan dari total 52 wasit yang bertugas, dimana ada satu wasit yang bertugas sebanyak 34 kali dan ada 3 wasit yang dalam 3 tahun terakhir bertugas hanya sekali, seperti Agus Walyono, Ikhsan Prasetya Jati dan Zetman Pangaribuan.

“Data ini menunjukkan distribusi penugasan wasit tidak merata, disamping adanya wasit-wasit yang promosi di tengah jalan mada musim 2020-2022. Mereka pada satu musim hanya bertugas 1-3 kali. Ini tidak lazim,” ungkapnya.

Menariknya, terdapat tiga wasit yang terhukum pada musim 2022/2023 namun masih memiliki jam terbang tinggi dalam memimpin pertandingan. Seperti Faulur Rosy diskors 10 pekan, Fariq Hitaba dan Yudi Nurcahya (8 pekan). Tapi jumlah penugasan mereka masih tinggi, yakni 30 laga (Faulur Rosy) dan 27 laga untuk Fariq Hitaba dan Yudi Nurcahya.

FacebookWhatsAppXShare

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *