Sepakbola

Witan dan 4 Pemain Lain Dapat Pujian, Egy Dapat “Catatan”

KABARKKALIMANTAN1, Jakarta – Rapor pemain Timnas Indonesia saat menang 2-1 atas Curacao pada laga kedua FIFA Matchday di Stadion Pakansari, Bogor, Selasa (27/9/2022), berbeda-beda.

Witan Sulaeman punya andil paling besar di balik kemenangan tersebut. Gol pertama Dimas Drajad merupakan bola muntah hasil tendangan geledek Witan. Gol kedua Dendy Sulistyawan pun berkat aksi individu Witan.

Pemain AS Trencin ini di dalam kotak penalti Curacao sempat mengecoh lewat dribel khas, yang dia akhiri lewat umpan matang di mulut gawang yang kosong (menit ke-86). Dalam waktu sempit, ia masih bisa melihat posisi kawan, dan mengambil keputusan tepat.

Witan diplot sebagai gelandang sayap Indonesia dalam skema 3-4-3 yang dipasang pelatih Shin Tae-yong. Sepanjang pertandingan, Witan menunjukkan bakat alaminya berupa skill individu dan kelincahan dalam menggiring bola.

Gol-gol itulah yang menjadi kunci kemenangan Indonesia atas Curacao di FIFA Matchday. Dengan sejumlah catatan di atas, Witan Sulaeman layak dinobatkan sebagai Man of The Match dalam laga tersebut.

Pemain yang dipuji STY secara terbuka pada laga di Bogor adalah Rachmat Irianto berkat tanggung jawab sebagai kapten, Yakob Sayuri yang andal dalam bertahan meupun menyerang, Elkan Baggott yang membuat tenang lini pertahanan. Satu lagi pujian diberikan pada Dimas Drajad, yang dinilai striker oportunis yang tajam dan mau bekerja keras.

Yakob, Rachmat, Dimas, Egy, dan Elkan, dapat penilaian berbeda dari Shin Tae-yong.

Sedangkan pemain yang mendapat catatan khusus karena kurang gereget adalah Egy Maulana Vikri. STY bahkan sempat bertanya langsung, “Apakah ada yang salah dengan penampilanmu? Harus segera memperbaiki diri jika tetap ingin masuk skuad Piala Asia 2023.”

Egy berkilah, ia dipanggil timnas di FIFA Matchday vvs Curacao dalam kondisi baru pulih dari cedera. Namun Egy yang biasanya lincah dan gemar melakukan penetrasi dan terobosan ke kotak penalti, berjanji akan memperbaiki diri.

Dianggap Serakah

Keberhasilan Shin Tae-yong menangani Timnas Indonesia di semua kelompok usia selama 2 tahun perlu diapresiasi. Tapi hasil itu tak diraih secara tiba-tiba. STY harus melalui berbagai ujian, dinamika, dan romantika yang datang silih berganti.

Masih ingat ketika salah satu Exco PSSI, Haruna Sumitro, menganggap STY pantas dipecat? Kala itu situasi bola nasional langsung heboh. STY dibela mayoritas pecinta bola Tanah Air. Haruna pun jadi bulan-bulanan di media sosial.

Klausul kontrak STY dengan PSSI yang harus memoles Indonesia senior dan kelompok umur, memang mendapat banyak cibiran dan kritik. Terlebih dari para praktisi bola yang ingin jabatan pelatih timnas diserahkan ke pelatih lokal. STY dianggap serakah dan mustahil bisa bekerja simultan di semua level timnas.

Namun, kini mata pencinta Timnas Garuda terbelalak lebar. Kesuksesan STY membawa Timnas Senior dan U20 lolos Piala AFC U20, mengubah cibiran dan kritikan menjadi pujian. Apalagi 2 kali menghajar Curacao yang peringkat FIFA-nya jauh lebih baik, hampir separuh level dari Indonesia.

Lewati Masa Sulit

Jejak perjuangan STY memang tak mudah. Tahun 2020 bisa dibilang masa paling sulit bagi arsitek asal Korsel ini dalam membangun tim. Betapa tidak? Dia dan staf pelatih harus “bertempur” dengan badai Covid19.

Namun dengan cerdik STY mensiasati situasi global ini. Ketika tak bisa menggelar pemusatan latihan atau training center (TC) di Tanah Air, ia memboyong timnas berbagai level TC di luar negeri, meski dicibir dengan isu pemborosan biaya.

Tampaknya ia tahu betul kondisi sepak bola Indonesia. Selain status Cocid19 Indonesia yang tinggi, dia sadar sulit mencari lawan tanding di Tanah Air untuk mengangkat performa timnas.

Dengan cara TC simultan timnas di segala usia, STY bisa terus memantau seksama. Apalagi dia memiliki staf pelatih yang sesuai kebutuhan dan seirama. Kini STY telah menguasai segalanya. Dia paham satu per satu anggota timnas semua level. Ia juga berani memasukkan beberapa pemain timnas U20 ke skuad senior.

Marselino Ferdinan dan Muhammad Ferrari termasuk pemain muda yang beruntung bisa menembus level senior. Striker produk kompetisi domestik seperti Ramadhan Sananta pun diberi kesempatan merumput lawan Curacao saat Indonesia menang 3-2.

“STY ini jeli dalam menerapkan taktik, bahkan berubah di tiap pertandingan. Ia juga berani bereksperimen pada penempatan posisi pemain tertentu,” puji Iwan Setiawan, salah satu instruktur pelatih di PSSI.

“Setelah menang 2 kali melawan tim peringkat 84 FIFA, Indonesia perlu melawan tim yang peringkatnya lebih tinggi, agar kualitas sepak bola Indonesia bisa semakin ditingkatkan. Itu agenda FIFA Matchday tahun depan sebab agenda tahun ini sudah selesai,” ujar STY.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top
error: Content is protected !!