KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Anis Matta tengah jadi sorotan saat ia beserta pengurus pusat dan kader Partai Gelora mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) agar jadi peserta Pemilu 2024. Salah satu pendiri Partai Keadilan Sosial (PKS) itu tentu punya kiat tertentu dalam membesarkan partai.
Apa saja kiatnya, serta bagaimana pandangannya terkkait beberapa isu nasional, berikut wawancara Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta, dengan Sigit Nugroho, Pemimpin Redaksi Kabar Kalimantan1, dalam beberapa kesempatan.

Anis Matta (kanan) dan Sigit Nugroho, wawancara dalam beberapa kesempatan.
Sebagai salah satu tokoh yang mengotaki sukses PKS, dari partai kecil menjadi oposisi kuat di parlemen, tentu Anda punya kiat membesarkan Gelora, sempalan PKS. Bisa disebutkan?
Sebagian kader memang ada yang datang dari PKS, tapi jangan salah, kader mayoritas justru datang dari luar. Kami banyak merangkul generasi muda, berkolaborasi dengan mereka. Rata-rata mereka ingin partai alternatif, yang pas dengan visi dan tujuan ke depan yang penuh optimisme. Jargon “Indonesia Menuju 5 Besar Dunia”, kita aplikasikan dalam program nyata. Bukan sekadar jargon dan kata-kata.
Anda sering didorong jadi calon presiden oleh kader dan simpatisan Partai Gelora. Bukankah dalam berbagai survey, nama Anies Badwedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Soebijanto lebih populer?
Jika tidak pakai syarat 20 persen suara partai, siap bersaing. Tapi MK kan selalu menolak gigatan soal itu. Partai kami tak muluk-muluk. Target perolehan suara di Pemilu 2024 minimal lolos ambang batas parlemen atau parliamentary threshold sebesar 4 persen. Insha Allah kita bisa lewati pada Pemilu 2024. Itu dulu. Kami punya cita-cita, ide, dan peta jalan baru bagi Indonesia, namun kami juga harus realistis.
Jika kondisi syarat Pilpres dan lain-lain pada 2024 sama dengan situasi 2022, tenntu Partai Gelora harus berkoalisi dengan partai lain. Ada gambaran soal ini?
Belum. Kami belum memikirkan arah koalisi pada Pilpres 2024. Saat ini yang menjadi fokus utama Gelora ialah lolos menjadi partai peserta Pemilu 2024. Hingga akhir tahun ini lebih fokus mengurus dan mempersiapkan segala persyrataran dari KPU untuk mengikuti Pemilu. Sekarang jadi peserta pemilu dulu lah, jangan buru-buru dulu. Kami belum memikirkan hal terkait capres dan belum ada tokoh yang ingin diusung menjadi capres oleh Gelora.
Soal pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) yang dilakukan pemerintahan Presiden Joko Widodo, bagaimana pendapat Anda?
Semua program infrastruktur pemindahan Ibu Kota Negara pemerintahan Pak Jokowi, pada dasarnya merupakan kelanjutan dari program presiden sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kalaupun ada perbedaan, lebih kepada skemanya saja. Meski tak ada kesepakatan antara Pak Jokowi dengan Pak SBY, pembangunan infrasktruktur sebelumnya tetap dilanjutkan.
Mahkamah Kostitusi telah menolak gugatan UU Pemilu yang diajukan Partai Gelora, juga puluhan lembaga lain. Apa tindakan Anda selanjutnya?
Kami sedang mempelajari kembali gugatan UU Pemilu. Saya menghormati putusan MK, untuk memisahkan antara pemilu legislatif dengan pemilu presiden atau pilpres. Namun penolakan itu prematur, cenderung membingungkan, juga merugikan partai politik dan rakyat sebagai pemilik suara. Kami ingin memastikan presiden yang dicalonkan berdasarkan pada suara rakyat yang mewakili pikiran dan perasaan hari ini, bukan yang kadaluwarsa.
Bisa dijelaskan maksud terkait pikiran dan perasaan yang kadaluwarsa?
Syarat pengajuan capres-cawapres pada Pilpres 2024 kan berdasarkan hasil suara partai pada Pemilu 2019. Itu memakai presidential threshold (PT) atau ambang batas pengajuan, yakni 20 persen suara.
Benarkah target dari gugatan sepertinya ingin membuka peluang hadirnya calon pemimpin yang lebih dikehendaki rakyat, bukkan partai politik?
Dengan alternatif PT nol persen, kami negara memberi peluang bagi lahirnya pemimpin baru di tengah krisis berlarut saat ini. Kalau pakai ambang batas di angka tertentu, ya seperti menutup peluang hadirnya pemimpin pilihan rakyat. Rakyyat dipaksa memilih pemimpin pilihan partai yang macam-macam, bahkan ada yang bersifat feodalistik.
Gerakan Gen 170
Partai Gelora akhir 2021 membuuat Gerakan Gelora Gen 170. Bisa dijelaskan tentang apa gerakan ini?
Premisnya, angka stunting di Indonesia berada di angka 27% sampai 30%. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Nah, gerakan itu merupakan langkah awal kita untuk memperbaiki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan memberikan gizi yang cukup kepada bayi dan Ibu hamil.
Lantas apa angka makna angka 170?
Dengan upaya itu, kelak anak-anak di Indonesia memiliki postur fisik atau tinggi badan minimal 170 cm. Itulah perlunya perhatian khusus pada ibu hamil, bantuan melahirkan dan terutama memberi perhatian pada bayinya di 1.000 hari pertama, serta program makan siang di sekolah. Kelak Indonesia memiliki atlet-atlet dengan postur yang kompetitif, sekaliipun kita tidak menafikan, 1-2 atlet bertubuh pendek bisa berprestasii karena punya bakat ekselen.
Sepertinya Anda melihat perbedaan itu di tim nasional sepak bola Indonesia?
Benar, itulah kita bahas bersama-sama dengan 2 pesepak bola kader Partai Gelora di Papua, Tibo dan Okto (Titus Bonai dan Oktavianus Maniani-Red). Talenta mereka luar biasa, meski tubuhnya pendek seperti saya. Ha, ha, ha. Andai memiliki skill sama, namun tinggi badannya 180-195 cm, tentu hasilnya berbeda. Saya lihat timnas di Piala AFF U16 sekarang banyak yang punya postur bagus. Semoga juara.
