KABARKALIMANTAN1, Sukabumi – Dunia sepakbola Tanah Air, khususnya di cluster perwasitan, sangat berduka. Wasit pertama berlisensi FIFA asal Sukabumi, Kosasih Kartadiredja (83) telah berpulang.
Konfirmasi wafatnya Abah Kosasih didapat dari putri almarhum, Mira Kirana (49), Rabu (23/3/2022). Menurut Mira, sebelum wafat, ayahnya dirawat di rumah.
“Benar Bapak telah meninggal tadi sore sekitar pukul 16.00 WIB. Bapak berpulang karena sudah sepuh. Kakinya juga nggak bisa jalan, sebab pernah jatuh tahun 2012. Selain itu, lambung Bapak juga bermasalah,” kata Mira.
Menurut Mira, sebelum wafat, ayahnya dirawat di rumah. Meski diusia 83 tahun, Mira mengatakan, ayahnya masih mengingat jelas nama anak-anaknya. “Waktu nggak bisa makan karena lambungnya kumat, hampir sebulan bapak diinfus di rumah. Makan susah. Tapi dia masih ingat anak-anak. Memorinya masih kuat, cuma nggak bisa bicara,” imbuhnya.
Rencananya, almarhum akan dikebumikan pada Kamis (24/3) di pemakaman umum dekar rumahnya, Bukit Perumahan Ciaul Indah, Subang Jaya, Sukabumi, pukul 09.00 WIB.
Sosok almarhum sangat membawa pengaruh besar bagi sepak bol aSukabumi pada era 70-80an. “Maklumlah, beliau wasit Indonesia pertama berlisensi FIFA. Kami satu kampung di Jalan Tipar (Widal), dimana warga sekitar sering berkomunikasi dengan Bahasa Sani yang kurang dimengerti warga lain,” komentar Hermansyah, mantan kiper nasional dan Bandung Raya.
Tentu bangsa Indonesia, khususnya warga Sukabumi, merasa sangat kehilangan. Apalagi Hermansyah, karena mereka sama-sama warga yang ikut mengharumkan nama Sukabumi di kancah sepakbola nasional dan internasional.
“Jadi wasit itu tidak mudah. Yang penting tegas dan konsisten. Selain itu, harus betul-betul menguasai regulasi. Jika sudah begitu, pemain segan pada wasit. Betul kan?” begitu kata Kosasih semasa hidup kepada Hermansyah.
Kurang Dihargai
Terkait penghargaan pemerintah Sukabumi kepada Kosasih, Herman merasa agak kurang. Pernyataan Herman ada benarnya. Tahun 2021 redaksi pernah menginisiasi sebuah program untuk memberi penghargaan kepada Kosasih. Namun seorang pejabat teras pemkot kurang merespon.
Alasannya, Sukabumi tengah dilanda pandemi Covid. Bahkan saat ditawarkan penghargaan lewat acara virtual pun, pejabat tersebut kurang antusias. Sementara Hermansyah dan para pesepak bola lokal, tetap antusias. Kala itu malah semppat terlintas mengusulkan nama Kosasih dijadikan salah satu jalan di kota Sukabumi.
Kosasih kini telah kembali kepada Sang Khalik. Ia meninggalkan spirit emas kepada para wasit di generasi setelahnya. Bisa dimengerti, sebab namanya harum di dunia perwasitan Asia. Saking dikenal tegas dan tak mempan suap, Kosasih sempat dijuluki King Cobra dari Indonesia.
Boleh jadi dia “kejam” dalam konteks positif kala menghukum para pemain yang melakukan pelanggaran. Justru itu, sikap keras Kosasih patut jadi panutan. Selamat jalan, Abah.