POLITIK

Undang Rusia ke KTT G20 di Bali, Independensi Indonesia Dipuji

KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Jalannya KTT G20 di Bali 2022, jelas dipengaruhi konflik Rusia dengan Ukraina. Sebagian besar negara Barat seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris, meminta Indonesia agar tak mengundang Rusia. Sejauh ini Indonesia dikenal independen terkait politik luar negeri. Jika independensi itu dijaga, Indonesia banyak dipuji.

Sebagai anggota Gerakan Nonblok, Indonesia akan semakin kuat dalam menerapkan politik bebas aktif terkait urusan internasional, seperti konflik antara Rusia dan Ukraina. Bukan lantaran tak peduli pada korban perang, tapi harus dibedakan antara peduli dan konferensi.

“Indonesia tegas bahwa tidak ada yang bisa mengatur. Ketika ada aksi walk out dari delegasi Kanada, AS, dan Inggris, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menegaskan tidak masalah. Terpenting diskusi mengenai forum tercapai. Itu menunjukkan sikap independensi politik luar negeri Indonesia tetap tidak masalah jika Rusia datang,” kata Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Maritim, Raja Ali Mohammad Riza Widyarsa.

Menurutnya, dengan mengundang Rusia untuk hadir di G20 menjadi bukti dari sikap independensi sekaligus menegaskan posisi politik luar negeri Indonesia yang tidak mengikuti blok mana pun. Langkah Indonesia sudah tepat dan menunjukkan netralitas sekaligus ketegasan sebagai pemegang Presidensi G20 2022, dimana forum tersebut didominasi oleh negara-negara barat. “Indonesia akan selalu bersikap independen dan aktif dalam pemerintahan global,” kata Riza Widyarsa.

Ia mengatakan G20 sebenarnya sama dengan Gerakan Nonblok yang merupakan organisasi politis. G20 merupakan wujud implementasi paradigma liberalisme di dalam Ilmu Hubungan Internasional untuk mencapai kerja sama ekonomi demi terwujudnya perdamaian dunia.

“Di dalam G20 terdapat Rusia, AS, Cina, dan negara-negara Uni Eropa, yang diharapkan mewujudkan kerja sama ekonomi, sehingga hubungan mereka akan semakin erat dan akan meminimalisir konflik. Sikap politik luar negeri Indonesia itu juga mendapat sambutan baik dari Cina, Prancis, Turki, dan India. Seperti India, mereka memiliki hubungan dagang yang erat dengan Rusia. Jadi, apa yang dilakukan Indonesia akan sangat didukung oleh India,” bebernya.

Yang menarik adalah sikap Prancis, karena termasuk anggota NATO dan Uni Eropa, tetapi di satu sisi Prancis masih berusaha membina hubungan baik dengan Rusia karena banyak mengimpor gas dari Rusia. Apalagi Rusia sudah mengancam akan menghentikan ekspor gas ke negara-negara Uni Eropa. Sikap Pemuda Asia Afrika justru mendukung Presiden Putin agar hadir di KTT G20 di Bali, karena menganggap peran Rusia penting.

Menurut Riza Widyarsa, sikap setiap negara akan menjadi pragmatis dalam memberi dukungan atau apresiasi. Kunjungan Menlu Indonesia ke beberapa negara, untuk menegaskan sikap Indonesia yang tidak menolak Presiden Rusia Vladimir Putin datang, akan berdampak pada kepercayaan bahwa G20 tetap akan netral.

“Jika G20 mendapatkan tekanan keras dan disetir oleh AS dan NATO, dikhawatirkan hubungan dagang Rusia dan seluruh negara di G20 akan semakin memperkeruh suasana,” paparnya.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top