Sepakbola

Teriak “Local Pride” ke Kamera, Markus Nodai Pesta Juara Piala AFF U16

KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Asisten pelatih kiper Markus Horison dan Gilang Ramadhan, salah satu staf pelatih timnas Indonesia, dinilai menodai selebrasi Indonesia saat juara Puala AFF U16 2022 di Sleman, Jumat malam.

Tampak 2 kali Markus melontarkan kata-kata yang dinilai kurang layak saat momen pengalungan medali juara kepada para penggawa skuat Garuda Asia. Gilang pun mengikuti sikap Markus, walau tak sefokus eks kiper nasional berkepala plontos itu.

Dalam tayangan TV tampak Markus menghampiri kameramen yang menyiarkan langsung pertandingan dan prosesi pemberian medali juara. “Local pride, campione. Local pride,” teriak Markus, lantang.

Ucapan itu lantas mendapatkan kecaman para netizen dan pendukung timnas Indonesia U16. Banyak yang menyayangkan, namun ada segelintir yang memahami.

“Sangat disayangkan. Sangat disayangkan ucapan yang terlontar dari asisten pelatih markus horison dan staf pelatih: ‘local pride, local pride, local pride tapi ori’,” ungkap Zulfikar dan Faisal, dua awak Indonesian Football Forever (IFF).

Suara mereka senada dengan ribuan netizen yang membanjiri medsos dengan tagar #MarkusOut. Tidak hanya kecewa, ada juga netizen yang mengatakan jika ucapan itu membuat pesta kemenangan sedikit ternodai.

“Ucapan tersebut membuat pesta kemenangan sedikit ternoda. Sekelas asisten timnas, masa keluar ucapan begitu? Kurang bijak. Pelatih aalah guru, role model dan contoh bagi para pemain. Etika dan perilaku juga harus dijaga sejak dini. Respek sedari kecil,” ujar @Rendraxxxx, netizen.

“Kalau saya melihatnya lebih ke suasana saat itu. Ia terbawa suasana, bisa dimaklumi. Apalagi timnas sering gagal di final, lama tak juara, meski melibatkan pelatih asing atau pemain naturalisasi,” papar Eddy Syah Putra, pengamat bola asal Bekasi.

Menurut mereka yang kontra, ucapan Markus tidaklah tepat. Dalam skuat Garuda Asia terdapat nama Ji Da Bin, pemain keturunan. Selain itu, pelatih timnas senior merupakan pelatih asing, Shin Tae-yong. Ucapan eks kiper PSMS tersebut dinilai sarat sentimen.

“Apalagi keturunan belum tentu hasil naturalisasi. Mereka ada yang memilih paspor WNI seperti Irfan Bachdim, Elkan Baggot, Ronaldo Kwateh, Gavin Kwan dan lain-lain. Saling menghormatilah, sama-sama berjuang demi harumnya nama Indonesia,” imbuhnya.

Lebih dari itu, di tim ini pelatih kepala Bima Saktu senantiasa mengajak pemain dan ofisial untuk rendah hati dan menjauhi sifat sombong. “Akhlak dan disiplin menjadi hal utama dalam sepak bola dan keseharian,” ujar Bima saat berdiri di depan mimbar masjid yang dihadiri para pemainnya.

Tanggapan Markus

Bagaimana tanggapan Markus? Ternyata ia membantah dirinya sengaja menyindir pelatih timnas Indonesia senior dan menjelaskan maksud perkataannya.

“Artinya kan kebanggaan lokal kan? Terus apa masalahnya? Memang kita kan dari pemain, ofisial, dan pelatih, merasa bangga bisa kasih kado di HUT RI,” terang Markus melalui pesan singkat WhatsApp.

“Putra-putra bangsa Indonesia mulai dari pemain, pelatih, dan ofisial, ini kekuatan kami. Local pride itu ditujukan untuk timnas U16 yang berjuang di AFF,” sambungnya.

Menurut catatan redaksi, dalam 10 tahun terakhir, Indonesia baru merasakan 4 gelar juara melalui Indra Sjafri (2x), Fakhri Husaini, dan terakhir Bima Sakti, Jumat lalu.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top