KABAR KALIMANTAN1, Kabul – Gerilyawan Taliban menguasai Istana Kepresidenan Afghanistan dan menduduki Ibu Kota Kabul. Sang presiden, Ashraf Ghani, dilaporkan kabur ke Tajikistan. Kelompok milisi itu segera menuntut pengalihan kekuasaan secara penuh.
Saat ini gerilyawan Taliban dilaporkan menguasai sebelas distrik di Kabul. Mereka juga menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan tanpa perlawanan. Menurut Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, anggota milisi bisa memasuki Kabul karena polisi dan tentara yang setia pada rezim Ghani, sudah kabur dan meninggalkan markas.
Setelah Amerika Serikat meninggalkan Afganistan, mereka tak berdaya menghadapi milisi Taliban. Taliban menguasai Afghanistan pada 1996 sampai 2001, dan kemudian tumbang akibat penyerbuan AS. Setelah itu, mereka berpencar dan bergerilya.
Menurut laporan ada sekitar 40 orang terluka akibat kontak senjata di pinggiran Kabul. Namun, sampai saat ini idak ada pertempuran sengit di kota itu. Gerilyawan Taliban sudah mengepung seluruh jalan dari dan menuju Kabul. Mereka diperintahkan siaga hingga tercapai kesepakatan dengan pemerintah Afghanistan.
Dilansir Reuters, Minggu (15/8/2021), dua petinggi Taliban yang identitasnya tidak mau diungkap menyatakan mereka menolak pemerintahan transisi setelah mereka menduduki Ibu Kota Kabul. Biro Politik Taliban dan utusan pemerintah Afghanistan saat ini tengah berunding di Qatar terkait dengan proses pengalihan kekuasaan.
Menurut sejumlah diplomat, pemerintahan interim Afghanistan bakal dipimpin oleh Ali Ahmad Jalali. Dia merupakan mantan menteri dalam negeri Afghanistan dan ilmuwan yang juga berkewarganegaraan AS. Namun belum ada persetujuan dari Taliban mengenai hal itu.
Sementara itu sejumlah negara asing kini tengah bergegas memulangkan utusan dan staf diplomatik mereka dari Afghanistan melalui Bandara Kabul. Pemberangkatan pesawat juga menunggu giliran dengan para penduduk Afghanistan yang ingin mengungsi melalui jalur udara.
Sikap Pengecut
Sikap Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, yang kabur ke luar negeri membuat murka para pejabat hingga netizen. Pelaksana Tugas Menteri Pertahanan, Jenderal Bismillah Mohammad, menyatakan kekesalannya terhadap sikap Ghani melalui media sosial.
“Mereka seperti mengikat tangan kami di belakang dan menjual tanah air. Persetan dengan orang kaya (Ghani) dan gengnya itu,” tulis sang jenderal dalam unggahan di Twitter.

Ashraf Ghani (kanan), kabur ke Tajikistan.
Ketua Dewan Tinggi Rekonsiliasi Nasional, Abdullah Abdullah, juga melontarkan kritik tajam. “Mantan presiden Afghanistan meninggalkan negara ini dan menempatkan rakyat serta negara ini dalam keadaan buruk. Insya Allah, Tuhan akan membuat dia bertanggung-jawab. Rakyat Afghanistan juga akan menghakiminya,” kata Abdullah dalam sebuah rekaman video.
Warganet Afghanistan juga mengecam sikap Ghani sebagai tindakan pengecut. Menurut sumber, Ghani kabur ke Tajikistan karena di negara itu ada pangkalan militer milik Rusia, yang pernah menjadi pusat komando operasi penyerbuan Uni Soviet ke Afghanistan pada 1979 sampai 1989 silam.
Ghani sebelumnya merupakan seorang ekonom dan ilmuwan. Dia menjabat sebagai presiden Afghanistan sejak 2014. Dia kemudian terpilih lagi dalam pemilihan umum 2019, tetapi karena sengketa hasil pemilu maka dia baru disumpah dan dilantik pada Maret 2020. (SN)
