KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Setara Institute mengapresiasi aksi pemanggilan 559 petinggi Polri dari seluruh Indonesia oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Selain arahan, ada teguran Jokowi pada korps baju coklat itu. Polri memang memerlukan reformasi.
“Tidak ada jalan lain bagi Polri kecuali melakukan percepatan reformasi dengan desain komprehensif, berbasis bukti (evidence based) dan berkelanjutan,” kata Ketua Setara Institute, Hendardi dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (15/10/2022).
“Polri harus solid, profesional dan berintegritas dalam menjalankan mandat sebagaimana pesan Jokowi. Karena jika tidak berbenah, pada akhirnya, kinerja Polri juga akan merusak kinerja pemerintahan Jokowi. Karena Jokowi adalah atasan Kapolri.”
Sebelumnya, di hadapan 559 petinggi Polri dari seluruh Indonesia, Jokowi menyinggung gaya hidup mewah di kalangan pejabat Polri yang belakangan disorot masyarakat.
Jokowi mengingatkan agar para pejabat tinggi Polri bisa memiliki kepekaan mengenai kondisi ekonomi saat ini. Ia mengatakan secara global 66 negara berada dalam posisi rentan, termasuk 345 juta orang di 82 negara sudah masuk menderita kekurangan pangan akut.
“Ini yang semua Kapolda, Kapolres, pejabat utama Polri harus tahu keadaan, situasi seperti ini harus ngerti sehingga punya sense of crisis yang sama. Hati-hati dengan ini, hati-hati,” kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Jumat lalu.
“Sehingga saya ingatkan yang namanya Polres, Kapolres, yang namanya Kapolda, yang namanya seluruh pejabat utama, perwira tinggi, ngerem total masalah gaya hidup,” Jokowi menegaskan.
Secara khusus, Jokowi juga menyoroti sikap para anggota Polri, terutama yang memiliki mobil mewah atau motor-motor gede. “Jangan gagah-gagahan karena merasa punya mobil bagus, atau motor gede yang bagus, hati-hati, hati-hati, saya ingatkan hati-hati,” Jokowi mengingatkan.
Selama ini, Jokowi mengaku telah menerima banyak laporan terkait gaya hidup mewah pejabat Polri. Tak hanya soal kendaraan mewah, menurutnya saat ini sepatu dan baju yang dikenakan anggota Polri pun ikut disorot masyarakat.
Presiden menilai saat ini interaksi sosial di tengah masyarakat telah berubah. Pasalnya, setiap individu bisa mengabarkan berita melalui media sosial. “Pribadi-pribadi kita sekarang bisa menjadi surat kabar, bisa menjadi media yang setiap saat bisa memunculkan perilaku sehari-hari kayak apa, meski sembunyi-sembunyi,” ucap Jokowi.
“Kapolda, Kapolres, dan pejabat utama Polri agar memiliki sense of crisis. “Jangan sampai dalam ada letupan-letupan sosial karena adanya kecemburuan sosial ekonomi. Hati-hati.”
Berantas Judi dan Narkoba
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pun siap menjalankan perintah presiden. “Kita semua sepakat hal-hal yang sifatnya bisa menurunkan tingkat kepercayaan publik, gaya hidup, hal pelanggaran ini menjadi arahan presiden. Harus diambil langkah tegas,” ujar Listyo.
“Presiden juga memberi peringatan untuk memberantas pelanggaran di internal Polri terkait judi online dan narkoba. Belakangan ini, isu tersebut mencuat dan dipertanyakan oleh publik. Beliau juga menyoroti terkait pelbagai kasus yang menimpa oknum anggota Polri. Itu bisa membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri menurun.”
Sebut saja kasus pembunuhan oleh Ferdy Sambo, kasus sabu oleh Irjen Teddy Minahasa, dan banyak lagi. Listyo Sigit sepakat bersama-sama berjuang melakukan apa yang menjadi tugas pokok fungsi Polri sebagai pelindung, pengayom, pelayan masyarakat.
Sebagai informasi, Jokowi telah mengumpulkan ratusan pejabat menengah (Pamen) dan pejabat tinggi (Pati) Polri di Istana Negara, Jakarta. Total ada 559 anggota Polri yang hadir secara langsung.
Mereka yang hadir dilarang memakai topi, membawa tongkat komando, dan tak perlu didampingi oleh ajudan. Namun netizen sempat memposting rekaman Kapolda DKI Jakarta, Fadil Imran, sedang mengangkat telepon. Hal itu pun viral dan mendapat banyak komentar.
“Jangan salah sangka dulu. Kebiasaan selalu negative thinking sih. Siapa tahu sudah diizinkan Presiden karena ada hal penting,” komentar Eros Lassa Mursalin.
“Pelecehan terhadap Kapolri dan Presiden kah?” tulis @Mustaniulxx.
“Berani nggak presiden kasih sanksi?” imbuh Pangesthi Hari Saktyono.
“Gak ngaruh juga tuh perintah presiden. Fadil ngeyel,” ujar Effenxx.
“Bisa jadi dia sedang ada kasus penting, seperti penangkapan Irjen Teddy Minahasa penjual sabu 5kg. Kan waktunya bareng dengan saat angkat telepon,” imbuh @riniasoxxxxxx.