KABARKALIMANTAN1, Palangka Raya —Dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021, Jawa Barat berhasil mempertahankan gelar juara umum yang diraih saat menjadi tuan rumah pada PON XIX 2016.
Kontingen Tanah Pasundan ini mengumpulkan total 353 medali, terdiri 133 emas, 105 perak dan 112 perunggu. Keberhasilan mempertahankan gelar juara umum, bukti Jawa Barat bukan tim jago kandang, seperti tagar yang pernah ada pada 2016.
Berikut petikan wawancara wartawan Kabar Kalimantan1 Tiva Rianthy dengan Ketua Bidang Perencanaan dan Strategi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Barat Professor Rusli Lutan, yang juga mantan Ketua Harian KONI Kalteng periode 2012-2016, melalui whatsapp, Rabu (20/10/2021).
Tiva Rianthy : Sebenarnya faktor apa yang bisa membuat Jawa Barat berhasil mempersembahkan gelar juara umum PON?
Rusli Lutan : Jabar juara umum karena lebih siap meskipun terhambat oleh pandemi. Persiapan sejak 2019. Selama pandemi pelatihan dapat disiasati, dengan mentaati protokol kesehatan.
75 persen pelatih adalah alumni Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK), hasil didikan Prof Rusli lutan selama jadi dosen dan dekan.
Apakah Jawa Barat juga ingin membuktikan bahwa bukan jago kandang saat PON XIX di sana?
Dalam pelatihan modern tidak ada istilah jago kandang. Semua aspek dianalisis dari faktor budaya di Papua hingga ancaman suhu panas dan kelembaban tinggi yang berpengaruh terhadap dehidrasi.
Apakah Jawa Barat hanya mengandalkan beberapa cabang olahraga untuk meraih medali dan mempertahankan juara umum?
Untuk bisa juara umum, tidak bisa hanya mengandalkan beberapa cabang olahraga saja, tetapi harus merata terukur berdasarkan parameter sehingga dapat diprediksi. Contohnya dayung. Kualitas training berstandar internasional hingga memborong medali emas. Latihan sejak 2019, volume tiga kali sehari dengan intensitas tinggi.
Bagaimana dengan ketersediaan anggaran? Apakah anggaran besar yang dialokasikan untuk persiapan PON, juga jadi faktor bisa mempertahankan gelar juara umum?
Jawa Barat tidak bisa jadi bandingan sebab kuat perencanaan, dana secukupnya sesuai kemampuan daerah. Penduduk terbesar di Indonesia 47 juta, tradisi olahraga kuat, perguruan tinggi besar negeri dan swasta ada di Jawa Barat. Selain itu 65 persen pelatih alumni FPOK kualifikasi nasional, lulusan S1, S2 dan S3.
Bagaimana dengan bonus?
Bonus sejak jauh hari sudah disiapkan oleh Pemda Jawa Barat, totalnya Rp 300 milyar dan Pemda Kabupaten tertentu juga memberikan bonus untuk atlet dari daerahnya yang sukses dalam PON. Untuk bonus saja, dalam waktu dekat segera diserahkan melalui acara khusus.
Usai PON Papua, apakah Jawa Barat langsung tancap gas latihan lagi?
Pekan Oahraga Provonsi (Porpov) Jawa Barat, yang diikuti 27 kabupaten/kota, bagian persiapan menghadapi PON XXI.
Sasaran Jawa Barat adalah prestasi tingkat olimpiade yang terbukti dengan munculnya atlet angkat besi, bulutangkis dan dayung.
Apa poin penting dari semua ini?
Pertama, dukungan pihak eksekutif dan legislatif, yang diawasi yudikatif dalam penggunaan dana secara transparan dan akuntabel.
Kedua, inti persoalan adalah membangun sistem pembinaan jangka panjang dan menyatu dengan pembangunan daerah.
Ketiga, dana disediakan untuk mendukung latihan, uji tanding peralatan dan kesejahteraan atlet dan coach.
Intinya semuanya sudah terencana ya Prof?
Betul, sebab targetnya menjadi tulangpunggung dayasaing Indonesia di even internasional. Makanya setelah saya pulang ke Bandung 2016, motto Jawa Barat diubah menjadi Jabar berjaya untuk nusantara. Kesimpulannya semua aspek sudah terencana hingga detail dan dapat dilaksanakan dengan hasil terukur.