KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menghadiri acara perpisahan atau tasyakuran akbar dengan warga di Balai Kota DKI, Ahad (16/10). Anies, datang ke Balai Kota pukul 09.15 WIB setelah bersepeda dari kediamannya di Pendopo Anies Baswedan, Lebak Bulus, pagi sekira pukul 05.45 WIB.
Setelah tiba di Balai Kota, para simpatisan dan warga meneriaki “Anies Presiden, Anies Presiden.” Mereka berharap Anies menjadi Presiden RI periode 2024-2029. Berdasarkan pantauan redaksi, ribuan warga selain yang ada di Balai Kota, juga memenuhi Jalan Medan Merdeka yang telah ditutup oleh pihak kepolisian.
Masih di Balai Kota, di panggung utama, tampak Anies mengenakan celana jeans biru, kemeja biru dan rompi Jaki. Sedangkan di sebelahnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, juga nampak ditemani istri. Anies, secara khusus ditemani istri, anaknya, Mutia Baswedan, serta adik-adiknya.
Berbagai unsur warga dan ormas juga hadir di Balai Kota. Selain meneriaki Anies untuk menjadi presiden, warga antusias mengambil swafoto dengan Anies, bahkan beberapa di antaranya menerobos barikade ormas serta Satpol PP dan menaiki panggung.
“Semoga menjadi RI 1,” kata salah satu warga di lokasi yang dilanjutkan oleh kata-kata serupa dari warga lainnya.
Gowes dari Lebak Bulus
Mantan Mendikbud itu mulai gowes dari Pendopo Anies Baswedan di Lebak Bulus sekira pukul 5.45 WIB. Rute yang dilalui di antaranya melewati Fatmawati, CSW, JPO Pinisi, Dukuh Atas Bundaran HI dan sampai ke Balai Kota di Medan Merdeka. Dalam perjalanannya, Anies melayani para warga yang ingin berswafoto dengannya.
Anies, tiba di JPO Pinisi sekitar pukul 07.00 WIB. Dia disambut banyak simpatisan warga yang ingin berswafoto dan meminta tandatangan. Aral melintang, meski diadakan car free day, terjadi penyendatan jalan di sana, mengingat banyaknya warga yang berolahraga.
Setelah selesai dengan para simpatisan, Anies menuju Bundaran HI. Hal serupa kembali terulang selama perjalanannya ke Balai Kota. Ia sengaja melayani warga atau simpatisan yang hendak meminta foto bersama.
Di depan massa yang memenuhi berbagai ruas jalan di Balai Kota, Anies menyampaikan pidato menyentuh, mengaitkan kepemimpinan sebagai amanah dari Yang Maha Kuasa.
“Ini adalah masa penghabisan bagi saya dan Pak Ahmad Riza Patria dalam memimpin Jakarta. Izinkan kami berdua mengembalikan mandat ini kembali ke warga Jakarta. Doakan kami, doakan kami dan jadilah saksi bagi kami, saksi yang nanti akan bersama pada saat kami mempertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT sang pemilik segala kekuasaan, yang memberikan kekuasaan kepada siapa pun yang ia kehendaki, dan yang mencabut kekuasaan dari siapa pun yang ia kehendaki.”
Di depan massa, Anies juga mengajak menyanyi Bersama dengan lagu “Berkibarlah Benderaku” dan “Maju Tak Gentar”. Pada lagu pertama, ia dinilai ingin mengekspresikan kecintaan pada Tanah Air Indonesia, sebagai bagian dari nasionalisme yang kuat.
Sementara lagu kedua, ia tampak ingin menyemangati pendukungnya dalam upaya pen-Capres-an. Tak ayal lirik terakhir jadi ada penekanan yakni: “…majulah, majulah, menang!”
Sementara itu Badan Musyawarah (Bamus) Betawi menyampaikan ucapan terimakasih kepada Anies yang telah mengakhiri masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Gaya kepemimpinan Anies dinilai berhasil menjaga persatuan hingga keadilan bagi seluruh warga. Atas nama masyarakat Betawi, Bamus selaku tuan rumah di Jakarta menyampaikan terima kasih. Gaya kepemimpinan Anies dinilai berhasil menjaga persatuan, keberagaman, dan menghadirkan keadilan bagi seluruh warga.
Bamus: Jakarta Damai
“Di era Pak Anies, kami merasakan Jakarta sebagai kota yang damai, harmoni dan kondusif. Tidak ada satu pun kelompok masyarakat yang didiskriminasi,” kata Ketum Bamus Betawi, Riano Ahmad, di hari itu.
“Ada banyak legacy yang beliau berikan untuk warga Jakarta. Termasuk dalam mewariskan kemajuan kebudayaan Betawi. Di era beliau, kebudayaan Betawi begitu banyak kemajuan. Komitmen Anies terhadap masyarakat Betawi juga dibuktikan dengan prioritas Pemprov DKI yang selalu men-suport kegiatan kesenian dan kebudayaan.”
Ketika ditaya apakah ia sedang membandingkan era Anies dengan era Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok? Riano enggan berkomentar dan hanya terkekeh.
