Manca

Rayakan Natal, Warga Korut Bisa Dieksekusi Rezim Kim Jong-un

KABAR KALIMANTAN 1, Harderwijk – Tahukah kenapa perayaan Natal sepi di Korea Utara? Ternyata simpel alasannya. Warga yang ketahuan merayakan Natal, langsung dieksekusi mati oleh rezim Kim Jong-un.

Timothy Cho, seorang pembelot dari Korea Utara mengungkapkan, “Sangat berbahaya merayakan Natal di negara kami yang sangat tertutup.”

Dia merupakan relawan Open Doors International (ODI), sebuah LSM bermarkas di Harderwijk, Belanda. ODI bergerak di bidang perlindungan untuk umat Nasrani di seluruh dunia.

Pada ranking dunia edisi 2021 tentang negara-negara yang kurang melindungi kebebasan beragama kaum Nasrani, tercatat 5 negara teratas adalah Korea Utara, Afghanistan, Somalia, Libya, dan Pakistan.

Menurut Timothy Cho, rezim Kim Jong-un akan langsung mengeksekusi mati di tempat siapa pun yang merayakan Natal di negaranya.

Di Korea Utara, memiliki agama merupakan sesuatu yang terlarang, tak terkecuali Kristen, Katholik, Islam, atau agama lain.

Jangankan agama, bahkan sekadar gandrung pada K-Pop yang merupakan budaya Korea Selatan, seseorang bisa dieksekusi mati.

Tekanan Kim membuat umat Kristen Korea Utara menjalankan keyakinannya secara sembunyi-sembunyi. Tanggal 24 Desember yang merupakan malam Natal, berlalu dengan datar.

Di sana, tanggal tersebut digunakan untuk merayakan Hari Kelahiran Kim Jong-suk, istri dari pemimpin pertama Korea Utara, Kim Il-sung, dan nenek dari Kim Jong-un.

Warga yang tahan, memilih menjadi pelarian seperti Timothy Cho, yang kini bekerja untuk Open Doors. “Saya yakin, mereka akan terus diburu. Hal itu tak diragukan lagi,” kata Cho kepada Express.

Rezim Kim akan memerintahkan rakyatnya menunjukkan loyalitas penuh kepada keluarga Kim. “Jika seseorang ditangkap setelah merayakan Natal secara diam-diam, mereka pasti akan langsung dibunuh,” tambahnya.

Cho menegaskan, pihak berwenang Korea Utara masih membutuhkan izin untuk melakukan eksekusi publik.
Tetapi, ia mengatakan, hal itu tak berlaku untuk umat Kristen atau napi politik di kamp penjara.

“Jika mereka tak merayakan kelahiran istri Kim, tak bisa dibayangkan konsekuensi yang akan mereka dapatkan,” tuturnya.

Cho juga mengklaim kelahiran Kim Jong-il telah dimitologikan untuk meniru kelahiran Yesus Kristus.

Korea Utara saat ini berada dalam posisi puncak daftar pantauan penganiayaan persekusi Open Doors Christian.

Diperkirakan ada 400.000 umat Kristen di negara itu, namun mereka harus bersembunyi dari rezim itu.

Banyak umat Kristen yang dikirim ke penjara dan kamp kerja paksa karena keyakinan tersebut.

Yayasan Open Doors memperkirakan sekitar 50.000 hingga 70.000 umat Kristen di negara tersebut saat ini berada di kamp penjara.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top