KABAR KALIMANTAN1, Jakarta – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) melantik perempuan nonmuslim Evalina Heryanti sebagai Dewan Pakar PKS. Sumber redaksi menyebutkan, ide ini sebenarnya datang dari Anis Matta dan Fahri Hamzah tapi dulu ditolak PKS hingga keduanya keluar dan mendirikan Partai Gelora.
Yang pasti, gebrakan PKS ini direspon positif oleh Wakil Ketua Dewan Pembina DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie.
“Semoga ini bukan hanya gimik politik saja,” kata Grace dalam keterangan tertulisnya, Kamis (27/1/2022). “Tapi langkah yang dilakukan PKS dengan mengangkat seorang kristiani di kepengurusan mereka adalah langkah yang baik. Partai politik di negara berasaskan Pancasila memang seharusnya seperti itu.”
Menurut Grace, rakyat akan menilai apakah PKS benar-benar berubah dengan mendukung UU berbasis kemanusiaan seperti UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) yang sempat ditolak PKS.
Dalam pembahasan UU TPKS, partai yang dipimpin Ahmad Syaikhu ini memang menolak karena UU tersebut tidak memasukkan larangan perzinahan dalam drafnya.
Selain soal UU TPKS, Grace juga menunggu sikap PKS setuju pencabutan SKB Tiga Menteri soal pendirian tempat ibadah yang dinilai menghalangi kebebasan beragama di Indonesia.
“Bila hal itu tidak dilakukan PKS, rakyat sadar PKS partai berbasis agama tertentu saja yang pura-pura menjadi partai nasionalistik,” ujarnya.
Sebelumnya DPP PKS telah melantik sejumlah tokoh sebagai anggota Dewan Pakar PKS di Hotel Bidakara, Jakarta Senin (24/1/2022). Salah satu Dewan Pakar PKS adalah Evalina Heryanti, eks Data Analysis and Assistance Team NOC of Indonesia for Olympic Games 2020 Tokyo.
“Saya sangat senang dan bangga bergabung menjadi Dewan Pakar PKS di bidang olahraga dan prestasi,” tutur Eva seperti dikutip dari laman PKS.id, Senin (25/1). “Puji Tuhan saya mengapresiasi PKS, partai yang pemilihnya orang Islam. Saya sebagai seorang kristiani bisa masuk sebagai anggota Dewan Pakar.”
Ide Anis Matta
Sumber redaksi dari kalangan sempalan PKS menyebut, langkah terkini partai dakwah itu agak terlambat. Soalnya pencetus ide adalah duet Anis Matta-Fahri Hamzah, meski tentu saja, ini tidak dikonfirmasi PKS.
“Ide dasarnya, jika tak membuka pintu pada calon kader dari agama lain, maka calon itu akan berkumpul di partai yang ideologinya mengarah ke sosialis. Bangsa Indonesia terutama umat Islam, punya pengalaman buruk soal itu,” begitu komentar sumber redaksi yang minta namanya disimpan.
Anis sendiri saat ditanya alasan mundur dari PKS tidak pernah menyebutkan tema sensitif tersebut. Namun pada perkembangan Partai Gelora, tampak beberapa kader dikenal sebagai penganut Nasrani.
Dua pesepakbola asal Papua yang pernah tenar bersama tim nasional Indonesia, tampak bergabung. Mereka adalah Titus Bonai (Tibo) dan Oktovianus Maniani.
Mereka bahkan sempat jadi bintang saat Partai Gelora menggelar acara nonton bateng laga final Piala AFF bersama Anis Matta di Jakarta. Tibo dan Okto akan maju sebagai Caleg Partai Gelora di Jayapura.
Anis sendiri kukuh tak mau membuka alasan keluar dari PKS, kecuali secara umum saja.
“Saya tak pernah mensakralkan lembaga, apalagi partai politik. Waktu saya bergabung dengan PKS, semata-mata karena cita-cita. Nah, cita-cita yang sama juga yang membuat saya mendirikan Partai Gelora. Soalnya saya merasa di tempat yang lama cita-cita ini tidak bisa kita wujudkan,” papar Anis, tak lama setelah keluar dari PKS.
Ia mengatakan, ada jebakan besar bagi kaum Islamis (Harakah Islam) yaitu Sakralisasi Lembaga atau taqdisul wasail atau meng-qudus-kan sarana.
Baginya, perbedaan pendapat dalam sarana perjuangan adalah hal yang wajar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sejarah, maka perbedaan pendapat juga terjadi di masa Khulafaur Rasyidin, sampai melahirkan perang.
“Kalau kita kan lebih kecil dari situ. Jadi, saya tidak terganggu disindir dengan istilah ‘Yang Berguguran di Jalan Dakwah”. Itu penempatan yang salah,” paparnya.