KABARKALIMANTAN1, Kediri – Baru jalan pekan ke-3 BRI Liga 1 sudah diwarnai aksi penyusupan suporter tim tamu dalam laga Persik vs Arema di Stadion Brawijaya, Kediri (12/7/2023). Sebanyak 12 oknum Aremania ditangkap, meski sempat jadi bulan-bulanan sebelum diamankan aparat.
Merespons hal tersebut, Ketua PSSI, Erick Thohir, kembali mengingatkan kepada seluruh insan sepak bola Indonesia, terutama para suporter, tentang pengawasan FIFA. Dia berharap kerusuhan tak terjadi lagi karena dampaknya bisa sangat buruk.
Hingga pekan ke-3 BRI Liga 1 2023/2024, ada sejumlah kerusuhan yang terjadi. Ini mulai dari kericuhan antarsuporter Persis Solo, hingga perkelahian sesama pendukung PSM Makassar. Ini sangat disayangkan. Soalnya, PT Liga Indonesia Baru (LIB) telah memberlakukan aturan larangan menonton untuk suporter tim tamu, sesuai regulasi BRI Liga 1 musim ini.
Perjanjian FIFA
“Kami sudah bikin kesepakatan sesuai dengan perjanjian bersama FIFA, pemerintah, PT LIB, dan kepolisian. Isinya, sepak bola di Indonesia untuk dua tahun ke depan dipantau FIFA secara khusus,” kata Erick Thohir. “Kalau ada kerusuhan lagi, nanti kompetisi pasti disetop, dan Indonesia dihukum. Oleh karena itu, kesepakatannya suporter tim tamu tidak boleh datang.”
Musim lalu, BRI Liga 1 dihentikan selama tiga bulan akibat Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 yang menelan 136 jiwa. Kompetisi baru dilanjutkan pada Januari tahun ini. “Kalau bandel, nanti saya bilang. Makanya, penjualan tiket secara online. Nanti, kita lihat lagi kalau memang perlu, dihukum,” imbuh Erick Thohir.
“Soal peluang klub dapat dihukum pengurangan poin jika suporternya rusuh, ini yang harus didorong ke PT LIB. Tapi ini memerlukan adanya kesepakatan antara PSSI dengan PT LIB.”
Manajemen Persik Kediri angkat bicara ihwal insiden penyusupan sejumlah suporter tim tamu pada laga antara skuad Macan Putih versus Singo Edan. Mereka menyebut, insiden ini tak berpengaruh terhadap keamanan laga tersebut secara keseluruhan.
Menurut Ketua Panpel Persik Kediri, Tri Widodo, sebelum laga kontra Arema FC, pihaknya sudah berkoordinasi dengan semua pihak terkait. “Pada 7 Juli lalu, sama seperti persiapan laga kandang lainnya, kami mengadakan rapat koordinasi di Polres Kediri Kota. Namun, khusus partai melawan Arema FC juga dihadiri 12 Polres lainnya, termasuk juga Polres Malang dan jajarannya serta perwakilan dari Aremania sendiri,” kata Tri Widodo.
“Saat itu, sesuai regulasi PSSI, kami kembali menegaskan bahwa suporter tamu dilarang hadir. Aremania yang hadir juga menyatakan siap membantu mensosialisasikan hal ini kepada seluruh anggotanya. Sosialisasi ini dilakukan melalui media sosial mereka.”
Namun, dengan segala ikhtiar tersebut, mereka masih kebobolan. Kendati demikian, Tri Widodo memastikan bahwa tidak ada suporter tim tamu yang harus mendapatkan perawatan intensif usai laga ini.
“Semalam, saya mendampingi seorang Aremania yang harus diperiksa di RS Bhayangkara dan pukul 9 malam diperbolehkan pulang. Sementara, suporter tim tamu lainnya yang diamankan saat di stadion, diperiksa di Polres Kota Kediri untuk didata sebelum dipulangkan,” tuturnya.
“Alhamdulillah, pertandingan berjalan aman dan bisa diselesaikan dengan baik. Ada sekitar 25 orang suporter tim lawan yang sempat diamankan dan sekarang sudah dipulangkan. Kami fasilitasi. Kondisinya tidak apa-apa karena tadi bisa dicegah,” komentar Kapolres Kediri Kota, AKBP Teddy Chandra.
“Dalam penyekatan di perbatasan tidak ditemukan karena mereka datang secara perorangan dan tanpa atribut. Tadi, saat Arema mencetak gol, memang ada yang terlihat ekspresinya senang sehingga ditanya-ditanya di tribun. Kami akan terus lakukan evaluasi agar ke depan lebih baik lagi.”
Minta Maaf dan Evaluasi
Komentar Manajemen Arema FC? Tak banyak, mereka hanya meminta maaf dan menyayangkan terjadinya insiden ini. “Mungkin berlebihan jika mereka disebut demikian. Namun, jika memang pendukung Arema FC. Kami memohon maaf,” ungkap Manajer Arema FC, Wiebie Dwi Andriyas.
“Kami masih sangat menghargai karena murni kedatangan mereka lantaran hati nurani mereka yang ingin murni memberikan dukungan kepada tim kesayangannya dan memberikan dukungan langsung ke tribun.”
Wiebie pun menyebut bahwa insiden ini bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi ke depan terkait apa saja yang harus diadaptasi berkaitan dengan regulasi larangan suporter tim tamu. Jika melihat kultur suporter sepak bola Indonesia, regulasi ini tidak bisa dilakukan secara instan. Harus diadaptasi dan diproteksi oleh sistem.
“Terkait larangan fans tandang sesuai regulasi itu butuh proses tentunya untuk adaptasi. Kami dari klub akan bantu melakukan sosialisasi, termasuk bagaimana sistem penjualan tiket secara online mengatur itu semua. Hal ini bisa jadi antisipasi untuk identifikasi lebih awal siapa saja yang masuk ke dalam stadion,” tuturnya.