KABAR KALIMANTAN 1, Jakarta – Tagar #pecatyaqut jadi trending di Twitter hari ini, seiring pernyataan kontroversial Yaqut Cholil Qoumas . Tanpa kata maaf, Menteri Agama malah berkelit, membela diri.
Kemarin Yaqut dalam sebuah webinar menyebut bahwa Kementerian Agama adalah hadiah negara untuk Nahdlatul Ulama (NU).
Ucapan itu melukai hati ormas keagamaan lainnya, masyarakat, juga dikritik oleh warga NU sendiri yang merasa risih.
Setelah jadi bulan-bulanan di medsos, termasuk lebih dari 7000 ribu postingan dengan tagar #pecatyaqut, kemarin Menag mengirimkan rilis tertulis.
Menag berkilah, bahwa pernyataannya ditujukan kepada para santri NU. Intinya, Kementerian Agama bukan hanya untuk Nahdlatul Ulama (NU).
Sebab, kata Yaqut, selama ini Kemenag selalu memberikan afirmasi kepada semua agama. “Semua diberikan hak secara proporsional. Ormas juga tidak hanya NU saja,” kata Yaqut dalam keterangan tertulisnya, Senin (25/10/2021).
Menurut Yaqut, hal itu bisa dibuktikan dengan keberadaan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah di Kemenag yang merupakan kader Muhammadiyah. Begitu pun Inspektorat Jenderal Kemenag, bukan berasal dari NU.
Ia juga menyampaikan, pernyataannya tentang Kemenag adalah hadiah untuk NU, hanya disampaikan di forum internal khusus warga NU.
“Pernyataan tersebut hanya untuk memotivasi para santri dan pesantren NU,” jelasnya. “Itu saya sampaikan di forum internal. Intinya, sebatas memberi semangat kepada para santri dan pondok pesantren.”
Makin Dihujat
Tokoh NU, Umar Hasibuan, menyoroti polemik yang menimpa Menag. Pria yang akrab disebut Gus Umar itu meminta maaf.
“Sebaiknya Menag minta maaf ke masyarakat. Makin membantah, makin ramai publik menghujat,” ujar Gus Umar melalui akun Twitternya, Senin, 25 Oktober 2021. “Apakah kata maaf terlalu mahal, sehingga sulit untuk diucapkan?”
Netizen gemas, kenapa Presiden Joko Widodo, selalu mengangkat menteri agama yang lebih sering bikin gaduh. Setidaknya ada 3 Menag era Jokowi.
Mereka adalah Lukman Hakim Saifuddin, Fachrul Razi, dan Yaqut. Ketiganya kerap bikin gaduh, lewat ucapan dan kebijakan.
