Paspampres Beri Penjelasan Setelah Banyak Dikecam Fans

FacebookWhatsAppXShare

KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Komandan Paspampres (Danpaspampres), Wahyu Hidayat Sudjatmiko, akhirnya memberi penjelasan soal pencopotan spanduk koreografi kelompok suporter La Grande Indonesia di Stadion Gelora Bung Karno dalam laga semifinal Piala AFF 2022 antara Indonesia vs Vietnam.

Kecaman terhadap aksi Paspampres sebenarnya tak hanya soal spanduk dan materi koreografi fans timnas Indonesia, tapi juga dari pihak mitra sponsor dan broadcast.

Sebelumnya, lewat Instagram resmi , kelompok suporter La Grande Indonesia menyatakan kecewaan lantaran spanduk koreografi yang disiapkan untuk mendukung skuad Garuda, dirampas petugas keamanan.

“Semalam koreografi sudah selesai kami persiapkan, tapi siang ini kami dapat kabar kalau koreografi itu dihancurkan oleh Paspampres yang ingin mengamankan kedatangan Bapak Presiden Jokowi sore ini,” tulis pernyataan La Grande Indonesia, Jumat (6/1).

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo datang langsung menyaksikan laga Indonesia vs Vietnam. Wahyu pun menjelaskan, masalah utamanya, La Grande Indonesia masuk ke stadion malam-malam tanpa izin memasang spanduk.

“Pada saat kami sterilisasi tadi pagi, baru kami temukan itu sudah terpasang. Dibandulin batu dan segala macam. Kami khawatir itu jadi bahaya, kami amankan,” papar Wahyu, Kamis lalu.

“Kami tanya ini punya siapa, PSSI enggak tahu, enggak ada izin, makanya kami amankan. Setelah baru ada yang ngaku, baru kami serahkan. Kami tidak merusak, hanya mengamankan. Setelah clear, kami kembalikan.”

Presiden La Grande Indonesia, Unggul Indra, mengelak. “La Grande sebelumnya sudah bersurat ke PSSI. Ternyata dari bawah tidak ada info ke Sekjen PSSI. Tidak ada info ke petinggi-petinggi PSSI.”

La Grande sempat memboikot laga itu. Mereka juga mendapat banyak dukungan di media sosial. Dari organisasi ada dukungan dari “Save Our Soccer” (SOS) yang prihatin membaca keluhan La Grande.

“Apakah koreografi kami adalah musuh kalian? Atau kalian merasa terancam dengan koreografi kami? Atau selepas pertandingan melawan Kamboja kalian menaruh dendam kepada kami? Kalian bukan saja menghancurkan koreografi kami, tapi kalian sudah menghancurkan semangat dan perjuangan kami untuk timnas Garuda,” kata pernyataan La Grande Indonesia.

Mereka mengancam tak akan hadir di Tribun Utara. Terkait hal itu, Sekjen PSSI, Yunus Nusi bilang, “Saya juga tak tahu alasannya apa. Ya, itu hak mereka. Yang jelas, sudah 50 ribu tiket terjual. Kami berharap suporter bersikap dewasa. Kita dukung timnas, jika ada hal yang kurang berkenan, dikomunikasikan pada kita.”

Beda Loyalis vs Penonton

Founder SOS, Apung Widadi, mendukung kecaman La Grande Indonesia. “Koreo adalah seni suporter dalam sepakbola, demi memotivasi pemain. Koreo tidak mudah dan tidak murah,” kata Apung.

“Tidak mudah. Butuh tim, perangkat dan sarana atau bahan. Ini tidak murah. Satu koreo dalam pertandingan sepakbola modalnya dari Rp 25-50 juta. Tolong Sekjen PSSI, tarik kata-katanya yang bilang nggak masalah toh tiket sudah terjual 50.000. Ruh suporter itu di kelompok loyalis, bukan yang hanya sekedar nonton, foto foto lalu upload di sosmed.”

Dari broadcast Hadi Gunawan sempat mengeluhkan sterilisasi terkait kehadiran presiden. Lantaran kru disuruh keluar semua, alhasil persiapan peralatan tak berjalan sempurna. Hasil tayangan juga tidak sempurna.

Begitu pula mitra sponsor. Dalam percakapan dengan redaksi Minggu (8/1) pagi, Bambang Sutjipto yang bertanggung jawab memasang banner, juga mengeluh karena belasan krunya disuruh keluar.

“Akhirnya pekerjaan jauh dari maksimal. Dari skala 10, target nilai pekerjaan 9, kemarin hanya 4. Di era Pak SBY, presiden juga nonton di GBK, tapi pengamanannya standar. Saya kuatir ini berimbas ke AFF, Malas mereka bikin event di Indonesia,” ujar Bambang yang dikenal sebagai fans berat Jokowi.

Ia berharap semua yang terlibat, bisa berkomunikasi dan mensosialisasikan pola pengamanan dengan pihak-pihak terkait pertandingan. Ayo rapatkan barisan, koordinasi lebih baik ke depan.

FacebookWhatsAppXShare

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *