KABAR KALIMANTAN, Depok – Perpecahan terjadi di tubuh Partai Ummat makin meluas. Setidaknya di 9 kabupaten/kota terbelah akibat dualisme partai dan pernyataan Amien Rais terkait pembantaian 6 anggota FPI.
Dua hal itu ditengarai jadi penyebab utama memanasnya kondisi internal partai pecahan PAN (Partai Amanat Nasional) tersebut.
“Kalau saya baca di media dan juga pengakuan kawan yang juga mundur dari Partai Ummat, memang dua hal itu pemicunya,” ujar Rendra Kurniawan, eks pengurus PAN dari Bekasi.
Namun demikian, kubu Habib Rizieq Shihab (HRS) mengelak jika dituduh sebagai pemicu banyak pengurus Partai Ummat mengundurkan diri. Soal mereka mundur karena bersimpati pada FPI (lembaga yang dipimpin HRS), itu hak pribadi.
“HRS tak ikut campur soal Partai Ummat. Kalau dibilang HRS menyerukan agar mereka mundur, itu tidak betul, hoax. Habib tidak pernah memerintahkan begitu. Segala soal Habib itu lewat kita, tim kuasa hukum atau lewat keluarga,” ujar Aziz Yanua, Sabtu (9/10/2021).
Amien Rais sebelumnya menyatakan, sebagai ketua tim pencari fakta pihaknya memastikan, pembantai 6 anggota FPI bukan Polri Dan TMI
Seperti diberitakan banyak media, DPD Partai Ummat Kota Depok dikabarkan karam. Wakil Ketua DPD Partai Ummat Kota Depok, Syahrial Chan, mengatakan hal itu dipicu para pengurus yang membubarkan diri.
“Iya. Mayoritas pengurus membubarkan diri. Dijamin kebenarannya, Partai Ummat depok akhirnya karam,” kata Syahrial saat dimintai konfirmasi, Sabtu (9/10/2021).
Dia mengatakan pengunduran diri terjadi karena berbagai persoalan yang disebutnya tak mampu diselesaikan DPP Partai Ummat. Syahrial menyebut ada dualisme dalam kepengurusan Partai Ummat di sejumlah daerah.
“Kemunduran sahabat-sahabat pengurus karena berbagai persoalan yang tidak mampu diselesaikan oleh DPP. Ditambah statement Waketum kemarin di media yang mengatakan ada dualisme,” kata Syahrial.
“Persoalannya, apakah Waketum mampu menunjukkan SK lain selain SK yang diberikan kepada kami dan persoalan lain adalah 10 kabupaten/kota di Jabar mengalami hal yang sama,” tambahnya.
Syahrial mengatakan, pengurus DPD Partai Ummat Depok bekerja keras hingga akhirnya Partai Ummat lolos dan mendapat SK Kemenkumham. Namun, dia mengatakan pengurus di DPD Partai Ummat Depok malah mendapat hadiah yang menyakitkan.
“Setelah kami bekerja hingga DPP akhirnya lolos jadi partai malah kami dihadiahi untuk meleburkan kelompok lain, bagi kami itu menyakitkan. Seperti hanya dimanfaatkan saja, habis manis sepah dibuang. Kasus Bogor sama dan sembilan kabupaten lainnya,” ucapnya.
“Kasusnya mirip-mirip. Di saat kita sudah bekerja malah disuruh berbagi struktur dengan kelompok yang sama sekali tidak punya andil apapun saat pendirian partai. Jadi wajar bertanya kenapa memaksakan kami?” sambung Syahrial.
Partai besutan politikus senior Amien Rais, Partai Ummat, mulai ditinggal beberapa elite partainya. Elite partai juga mengungkap adanya dualisme kepengurusan di sejumlah daerah.
Dampaknya beberapa kader partai menyatakan mundur. Bahkan elite partai seperti Neno Warisman dan Agung Mozin menyatakan mundur dan keluar sebagai kader partai.
Wakil Ketua Umum Partai Ummat, Nazaruddin, lalu memberikan penjelasan terkait mundurnya para kader di partainya itu. Nazaruddin menyebut ada beberapa hal yang menjadi latar belakang pilihan kedua kader utama Partai Ummat tersebut mundur.
“Ada hal-hal yang itu mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi dirinya begitu. Nah yang saya maksud ekspektasi ini bukan sesuatu yang sifat idealisme atau ideologis tapi adalah dirinya begitu,” kata Nazaruddin kepada wartawan, Rabu (6/10).