KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Kontroversi “warteg barokah” yang lolos dari kebakaran di Jl Simprug Golf II di dekat Senayan City, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Minggu (21/8/2022), masih ramai hingga kini.
Kebakaran yang terjadi pada pukul 10.48 WIB itu menghanguskan rumah 120 KK dan menewaskan seorang korban. Anehnya, warteg milik Saeni itu tak terbakar api, walau lebih dari 100 rumah di sekitarnya, ludes dilalap si jago merah.
Muncullah narasi, warung itu selamat karena pemiliknya rajin bersedekah tiap Jumat. Ternyata tetangga di sekitar warteg justru menolak narasi tersebut. Beberapa bahkan menyangkal jika warteg tersebut sering memberikan sedekah di hari Jumat.
Dalam vlog pesohor Baim Wong, tetangga bilang jika warung itu tak terbakar karena bangunan warteg terbuat dari bata.
“Full bata. Bukan dari triplek seperti rumah-rumah sekitar. Makanya ini warteg nggak kena api. Di berita kan viral, katanya warteg Jumat berkah. Salah total itu,” ucap seorang warga.
“Warteg itu belum lama direnovasi. Soal Jumat berkah, tidak di sini. Tidak satu kalipun, tidak pernah,” imbuh seorang pria.
Cuma Es Teh
Tapi mereka membenarkan kalau memang ada sedekah dari warung walau hanya berupa es teh. Seorang penjaga warteg mengkonfirmasi hal itu.
“Tiap hari Jumat memang selalu ngasih es teh manis, gratis. Pas kejadian, saudara yang jaga. Dia ngasih nasi bungkus ke yatim piatu,” ucap penjaga warteg tersebut.
Dari pantauan redaksi di lokasi, Jumat (26/8) sore, bagian depan warteg utuh, tak terbakar. Masih terlihat jelas tulisan “Warung Brebes Pesona Dua Putri”. Sementara bangunan lain di samping kiri dan kanan sudah berupa puing-puing.
Kebakaran yang diduga akibat korsleting listrik itu tepatnya terjadi di Simprug Golf 2 RT 08 RW 08. Kini semua bangunan yang terbakar telah dipasangi garis polisi.
Beberapa oknum pun mulai mencoret warteg tersebut sebagai bentuk kritik. Ada yang menulis harga telur asin yang mahal, ada pula yang menulis maling listrik.
Apa kata pemilik warteg, Saeni? Ia membenarkan soal kegiatan membagikan makanan tiap Jumat kepada anak yatim dan jemaah masjid, tapi di Pamulang. “Jadi sedekahnya di Pamulang, Tangerang Selatan. Bukan disini,” katanya, saat ditemui di warteg.
Saeni menceritakan kondisi ketika kebakaran melanda. Ia menyebut saat itu tidak sadar ada kebakaran karena sedang melayani pelanggan.
“Saya lagi melayani pembeli, sampai lupa kasih minum. Pas banyak asap dan orang pada teriak, saya keluar. Lihat api, langsung lari,” katanya.
Ketika kebakaran, Saeni mengaku hanya sempat menyelamatkan beras dan kulkas. Ia tidak sempat menyelamatkan semua barang-barang yang ada.
Saeni juga tidak mengerti kenapa wartegnya selamat dari kobaran api. Yang ia lakukan hanyalah menyelamatkan diri.
“Kagak tahu saya. Mungkin mukjizat. Saya langsung lari mengungsi,” ucap Saeni.
Prasangka Baik
Sementara itu Ustad Moh Liyadi, ulama terkenal di Pamulang, mengomentari kontroversi selamatnya warteg dengan bijak.
“Kami para pengelola masjid, sering dapat pasokan nasi bungkus tiap Jumat pagi. Ada yang tahu pengirimnya, ada yang tidak,” ujarnya kepada redaksi Sabtu (27/8) pagi.
Ia mengajak umat untuk menyikapi kasus selamatnya warteg dari kebakaran dengan berprangka baik. “Soal beliau sedekah ke famili atau teman di Pamulang, itu baik. Benar atau tidak, besar atau kecil pahalanya, semua urusan Allah,” ujarnya.
Terkait bangunan yang selamat, menurutnya kembalikan ke wilayah keimanan.
“Mau pake bata atau kayu, kalau takdir Allah hangus, ya hangus. Ingat kasus rumah penghafal Alquran di Lebak, Banten. Vila di kanan kiri yang kokoh, habis disapu tsunami. Tapi bangunan rumah Alquran itu tak tersentuh ombak tsunami sama sekali,” lanjut Liyadi.
Jangan pula dihitung jumlah sedekah. “Tahu kan kisah pelacur insyaf yang masuk surga karena memberi minum anjing yang kehausan? Hanya air mentah, bukan es teh manis,” ujarnya.