Kericuhan Laga Final Sudah Diincar AFC, Lanjut ke FIFA?

FacebookWhatsAppXShare

KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Kericuhan pada laga final SEA Games 2023 antara Indonesia dan Thailand, Selasa (16/5/2023), akhirnya mendapat reaksi Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). Mereka akan menjatuhkan sanksi. FIFA pun berpotensi mengusut kejadian tersebut.

Insiden antara kubu Indonesia dan Thailand yang diwarnai adu jotos, menjadi sorotan luas. Tak hanya di lingkup Asia Tenggara atau Asia saja, media-media dari berbagai negara Eropa juga memberitakan kericuhan yang terjadi di Stadion Olympic, Phnom Penh, Kamboja itu.

Kemungkinan sanksi dari AFC diutarakan Sekretaris Jenderal Federasi Sepak Bola Kamboja, Keo Sareth.
“Kami tidak punya masalah dengan mereka. Kami telah sepenuhnya berhasil menjadi tuan rumah pertandingan tersebut,” ucap Keo Sareth di Cambodia Daily.

“Masalah yang terjadi di lapangan akan ditangani oleh ofisial dan mereka sedang melakukan laporan untuk dikirim ke Konfederasi Sepak Bola Asia sehingga mereka mungkin menghadapi hukuman terkait kode etik dan disiplin.”

Selain itu dalam pernyataan kepada Reuters, AFC mengkonfirmasi jika mereka sedang melakukan penyelidikan atas insiden yang kemudian berbuntut kartu merah bagi pemain dan ofisial.

“Kecewa dengan insiden yang tidak tertib pada final sepak bola SEA Games, AFC menggarisbawahi pentingnya permainan yang adil, saling menghormati, sportif, dan mengambil pendekatan tanpa toleransi atas semua tindakan kekerasan semacam itu,” ujar seorang juru bicara AFC.

Insiden antar kedua kubu terjadi setidaknya 2 kali pada laga final, yakni setelah gol Yotsakorn Burapha dan setelah gol Irfan Jauhari.

Keributan terjadi di area tempat duduk pemain cadangan dan melibatkan beberapa pemain serta ofisial. Kedua pelatih dari masing-masing kesebelasan, Indra Sjafri dan Issara Sritaro, menyatakan segalanya keributan sudah berakhir dan tak ada lagi dendam.

Seorang ofisial Thailand juga sudah menyambangi manajer Timnas Indonesia Sumardji yang mengalami pukulan dan terjatuh pada saat insiden tersebut. Dia mengaku yang memukul Sumardji dan meminta maaf sambil menangis. Kubu Indonesia pun menerima permintaan maaf itu.

Momen itu tertangkap kamera ketika Sumardji dan pelatih Timnas Indonesia U22, Indra Sjafri, sedang menjalani sarapan di Phnom Penh Hotel, Kamboja, Kamis (18/5). “Saya minta maaf,” ucap sang ofisial Thailand dan direspons Sumardji dengan mengatakan “No problem.”

Indra Sjafri kemudian mengatakan momen itu terjadi karena inisiatif pihak timnas Thailand. Indra mengatakan pihak Thailand sudah menyadari kesalahannya. “Ya, itulah sepak bola. Kita hanya berseteru di lapangan, tapi di luar itu harus saling memaafkan,” komentar Indra Sjafri.

“Mereka menyadari atas kesalahan mereka. Oleh sebab itu dia datang sendiri meminta maaf dan meminta hal ini tidak dipermasalahkan selanjutnya. Kami juga tidak ingin mempermasalahkan,” ujar Indra.

Sikap Indra jelas agak bertolak belakang dengan rencana Ketua National Olympic Committee (NOC) Indonesia, Raja Sapta Oktohari, bersama PSSI yang berencana lapor FIFA buntut keributan itu.

Kontra Produktif

Okto mengaku sudah berbincang dengan Ketua Umum PSSI Erick Thohir. “Kami sedang membahas kemungkinan untuk melaporkan insiden ini secara detail kepada FIFA. Tapi hal itu memang belum dilakukan, baru kami bahas,” ujar Sapta Odang.

Melihat respons positif kubu Thailand, termasuk dari federasi (FAT) dan bahkan dari kerajaan langsung yang mengambil inisiatif melakukan investigasi sedniri (termasuk memberi sanksi ke skuad Thailand sendiri), rasanya niat melapor ke FIFA justru kontra-produktif.

Bukan hanya FAT dan kerajaan, para ofisial dan juga legenda sepak bola Thailand, serta media setempat pun bersuara sumbang terhadap kelakuan pemain dan ofisial tim Gajah Perang.

Direktur timnas Thailand U22 Yuttana Yimkarun yang menyambut kedatangan Issara Sritaro dan anak asuhnya di Bandara Suvarnabhumi memastikan adanya investigasi FAT.

Legenda sepak bola Thailand Piyappong Pue On menilai ofisial tim yang menyerang manajer Indonesia, harus mendapat hukuman berat.

“Sosok yang berada di sisi pemain junior, seharusnya bisa menjadi pembimbing dan bukan memberi contoh tak terpuji. Insiden itu harus jadi pelajaran, khususnya soal mengontrol emosi. Itu penting dalam sepak bola,” kata Piyapong kepada Thairath.

Sorotan Dunia

Insiden itu memang meluas, bahkan menjadi sorotan dunia. Keributan yang melibatkan pemain dan ofisial tim kedua finalis, memang tak hanya menjadi headline di Indonesia, Thailand, atau negara-negara Asia Tenggara saja.

Media-media dengan nama besar pun turut memberitakan kejadian yang berlangsung pada Selasa (16/5) malam. ESPN Asia menampilkan cuitan soal laga yang dipimpin Qasim Matar Ali dari Oman tersebut.

Sementara media asal Hong Kong, South China Morning Post (SCMP) menampilkan duel penuh gol dan kartu itu dalam sebuah berita. Begtu pula media asal Inggris Sky Sports.

Sedangkan media olahraga asal Spanyol Marca tak sekadar menjadikan berita tulisan, tetapi juga menampilkan video kejadian di akun YouTube mereka.

Jelas hal ini bukan merupakan kampanye yang baik bagi citra sepak bola Asia Tenggara yang tengah bangkit. Jika ada sepotong hal positif, mugnkin berupa ucapan selamat dari klub besar Manchester United.

Kanal MU edisi Indonesia telah mengucapkan selamat atas keberhasilan Indinesia meraih medali emas SEA Games dengan mengalahkan Thailand, yang dikenal sebagai raja bola regional.

“Selamat atas keberhasilan Indonesia meraih medali emas!” tulis akun resmi tim Setan Merah dalam Bahasa Indonesia, Rabu (17/5). Beberapa pemain top dunia juga memberi ucapan selamat lewat video singkat, meski lebih teruju pada Ketum PSSI, Erick Thohir.

Misalnya dari Zavier Zannetti (eks Inter Milan dan timnas Argentina), John Terry (Chelsea, Inggris), Wesley Sneidjer (Inter, Belanda) dan lain-lain.

FacebookWhatsAppXShare

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *