KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Sebanyak 3 sesi rangkul-lepas dinilai telah dilakukan PDI Perjuangan terhadap Anies Baswedan. Hal itu diyakini pengamat sebagai respon atas hasil sejumlah survei.
Jika sebelumnya kubu PDIP rajin menyerang kebijakan Anies, jelang gelaran Formula E, sikap itu berubah mendukung. Namun pekan ini, hubungan itu tak mesra lagi.
“Kita bingung, sudah gas pol nyerah Anies, ternyata disuruh belok. Tapi tikungan politiknya terlalu ekstrim,” ujar sumber Redaksi KABAR KALIMANTAN1, yang beberapa kali duduk sebagai anggota dewan dari partai banteng itu.
Saat itu elektabilitas Anies meroket, dapat banyak pujian dari dalam dan luar negeri. Karena itu, Puan Maharani terlihat merapat ke Gubernur DKI Jakarta itu. Puan bahkan tampak melakukan foto selfi dengan Anies.
“Analisis saya, duet itu sulit diusung. Pendukung Anies kebanyakan dari massa atau simpatisan Islam, sementara PDIP tercermin sebagai partai nasionalis. Sebagai partai penguasa, kebijakan yang diambil dinilai kurang pro Islam,” komentar Amarno, pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Amarno tak heran jika hasil survei Anies-Puan bakal di bawah karena Anies tak didukung simpatisannya sendiri.
“Apalagi jika di balik, Puan-Anies, makin antipati saja mereka. Sulit melihat Anies diperlakukan seperti Presiden Joko Widodo, selaku petugas partai,” lanjutnya.
Analisis Amarno sesuai dengan hasil survei Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC). Mereka melakukan sejumlah simulasi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden potensial di Pilpres 2024.
Salah satu paslon yang disandingkan adalah Ketua DPP PDIP, Puan Maharani dengan Anies atau Puan-Anies.
Peneliti ARSC, Bagus Balghi, mengatakan simulasi duet Puan-Anies ini dibuat karena belakangan ada wacana duet itu dimunculkan sejumlah elite politik.
Hal itu dipicu sesi kebersamaan Puan dan Anies di ajang Formula-E Sabtu (4/6). Puan dan Anies duduk bersebelahan, menonton gelaran balap mobil listrik tersebut.
“Jadi setelah Formula-E, kami membuat simulasi pasangan Puan dan Anies,” ujar Bagus, Rabu (20/7/2022).
Kalah Terus
Dari 10 simulasi yang dilakukan ARSC, 6 di antaranya, memunculkan pasangan Puan-Anies atau Anies-Puan. Elektabilitas keduanya jika disandingkan berkisar sekitar 8-18 persen.
Dalam simulasi 3 paslon misalnya, pasangan Puan-Anies diadu dengan pasangan Airlangga Hartarto-Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar.
Hasilnya, Airlangga-Ganjar mendapat suara 29,6 persen, Prabowo-Cak Imin 18,4 persen, dan Puan-Anies terendah 8,7 persen. Yang tidak tahu dan tak jawab 24,1 persen dan 19,2 àpersen.
Simulasi selanjutnya, Ganjar-Airlangga 36,7 persen, Prabowo-Muhaimin 16,2 persen, Anies-Puan 15,4 persen, tidak tahu dan tidak jawab 18,3 persen dan 13,4 persen.
Kemudian, Prabowo-Muhaimin 21,17 persen, Anies-Puan 16,6 persen, dan Airlangga-Zulkifli Hasan 11,2 persen, tidak tahu dan tidak jawab 29,4 persen dan 21,1 persen.
Sementara jika memakai simulasi 2 paslon, Ganjar-Airlangga vs Anies-Puan, masing-masing mendapat 44,9 persen dan 18,0 persen, tidak tahu 21,9 persen dan tidak jawab 15,3 persen.
Simulasi selanjutnya, Airlangga-Ganjar melawan Puan-Anies, masing-masing mendapat 34,5 persen dan 12,0 persen, tidak tahu 31,8 persen dan tidak jawab 21,6 persen.
Berikutnya Airlangga-Ridwan Kamil melawan Puan-Anies, masing-masing mendapat 30,4 persen dan 10,9 persen, tidak tahu 35,3 persen dan tidak jawab 23,3 persen.
Dalam 6 kali simulasi, pasangan Puan-Anies atau Anies-Puan jika dilaga dengan pasangan mana pun, mendapat posisi terbawah.
Survei ARSC ini dilakukan pada 21 Juni – 5 Juli 2022 dengan jumlah sampel sebanyak 1.225 responden per provinsi dan margin of error (MoE) +/- 2,8 persen. Survei dilakukan melalui wawancara telepon dengan kuesioner terstruktur.
Metodologi yang digunakan adalah acak bertingkat (multistage random sampling) pada tingkat kepercayaan 95 persen.
“Analisis saya sebangun dengan hasil survei itu. Apakah ini yang memicu PDIP mulai menyerang Anies lagi, silakan publik menilai sendiri,” lanjut Amarno.
Yang pasti 3 hari lalu Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, menyebut, “Hasil pembangunan Jakarta di era Gubernur Jokowi, Ahok dan Djarot, masih lebih baik dibanding yang sekarang.”
Amarno hanya mengkalkulasi perubahan sikap PDIP pada Anies pada 2 opsi. “Pertama, murni hasil survei. Kedua, Anies tak mau di-Jokowi-kan,” tuturnya.
