KABAR KALIMANTAN1, Tenggarong – Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, Edi Damansyah menyebut keberadaan puskesmas pembantu (pustu) selain memberikan pelayanan kesehatan secara umum juga memiliki peran penting dalam menurunkan prevalensi stunting karena menjadi ujung tombak pelayanan.
“Untuk itu, kepala puskesmas harus sering mengunjungi ‘anaknya’ (pustu). Jangan sampai terlantar, urus baik-baik dan dimaksimalkan keberadaannya, karena pustu dan puskesmas menjadi salah satu garda terdepan penanganan kesehatan masyarakat,” ujar Edi di Tenggarong, Rabu (11/9).
Saat ini angka prevalensi stunting di Kukar memang paling rendah ketimbang kabupaten/kota lain di Kalimantan Timur. Namun ia tetap mengajak semua pihak terus berupaya menurunkan karena Pemkab Kukar ingin agar di akhir 2024 angka stunting di Kaltim setidaknya turun menjadi 14 persen.
Sementara berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) di akhir 2023, prevalensi stunting di Kukar berada pada angka 17,6 persen, turun 9,5 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 27,1 persen.
Posisi kedua adalah Kota Balikpapan sebesar 21,6 persen, Kabupaten Kutai Barat 22 persen, Kabupaten Paser 22,4 persen, Kabupaten Berau 23 persen, Kota Samarinda 24,4 persen, Kabupaten Penajam Paser Utara 24,6 persen, Kota Bontang 27,4 persen, dan Kabupaten Kutai Timur dengan prevalensi 29 persen atau paling tinggi.
“Semua pihak terkait harus bersinergi dalam menangani stunting baik itu puskesmas, pustu, PKK, posyandu, dan lainnya. Semua harus berkolaborasi dalam penanganan, salah satunya bersinergi dalam memberikan makanan tambahan lokal kepada balita,” katanya.
Sehari sebelumnya, saat meresmikan Pustu Amborawang Darat di Kecamatan Samboja Barat, ia juga mengajak para kader dan pihak terkait terus berinovasi agar stunting Kaltim bisa turun, kemudian orang tua balita juga harus diberi edukasi agar paham pola mendidik dan menangani kesehatan anak.
Hal lain yang perlu diberikan pemahaman kepada orang tua adalah pentingnya 1.000 HPK (hari pertama kehidupan), yakni anak mulai masih janin dalam perut hingga lahir dan berusia dua tahun, sehingga dalam masa ini harus tercukupi kebutuhan gizi anak.
“1.000 HPK menjadi perhatian karena di periode ini organ-organ vital seperti otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan, kaki, dan organ tubuh lainnya mulai terbentuk dan terus berkembang, sehingga anak tidak stunting, tumbuh sehat, dan cerdas,” ujarnya.
Sumber: ANTARA