KABARKALIMANTAN1, Palangka Raya – Sudah beberapa hari ini masyarakat Kota Palangka Raya merasakan panas matahari begitu terik dan menyengat kulit. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tjilik Riwut Palangka Raya menyebut fenomena yang terjadi belakangan terakhir ini diakibatkan bibit siklon tropis di barat Australia dan di perairan timur Filipina.
“Jadi memberikan dampak tidak langsung di wilayah Kallteng. Massa udara/uap air tertarik ke pusat tekanan rendah tersebut, dan menyebabkan peningkatan kecepatan angin,”ujar Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut Palangka Raya, Lian Adriani, Kamis (13/4/2023).
Uap air yang dibutuhkan untuk proses pembentukan awan hujan, karena angin yg cukup kencang di lapisan atas sehingga memecah awan tersebut dan tidak terjadi hujan.
Dengan demikian, sedikitnya awan-awan yang terbentuk menyebabkan sinar matahari yang langsung ke permukaan terasa lebih menyengat dari biasanya.
Namun jika dilihat dari data analisis suhu permukaan di wilayah Kalteng beberapa hari terakhir, suhu udara maksimum berkisar 33 – 35 derajat celcius, masih dalam kategori normal, karena yang dikatakan suhu ekstrem jika suhunya di atas 3º celcius atau lebih di atas nilai normalnya.
Berdasarkan prakiraan musim yang sudah dikeluarkan oleh BMKG, untuk wilayah Kalteng, awal memasuki musim kemarau diperkirakan sekitar pertengahan Juni -Juli.
Untuk saat ini, di April – Mei, bisa dikatakan musim peralihan/transisi dari musim hujan ke kemarau, curah hujan akan mulai berkurang dari bulan-bulan sebelumnya
Akan tetapi di musim peralihan ini perlu diwaspadai juga potensi hujan lokal intensitas sedang hingga lebat dengan durasi singkat yang dapat disertai petir/kilat dan angin kencang ataupun angin puting beliung. (tva)