KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Beberapa pekan konsumen mengeluhkan susahnya mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis pertalite di sejumlah SPBU. Meski Pertamina mengakui aman, harga BBM bakal naik.
“Sudah sepekan lebih saya selalu susah beli bensin Pertalite. Antrean sampai mengular, rata-rata 30 menit baru dapat,” ungkap Agus Supriyanto, pengemudi ojek online saat antre di SPBU Jl. Siliwangi, Tangsel.
“Memang susah, biasa dipatok 3 truk tangki, sekarang cuma satu,” aku Heri Mulyadi, pengelola SPBU di kawasan Pondok Benda, Tangsel, saat dimintai konfirmasi oleh redaksi soal itu.
PT Pertamina (Persero) mengakui sempat terjadi keterlambatan pengiriman seiring dengan meningkatnya konsumsi. Tapi keterlambatan penyaluran ini tak berarti stok BBM bersubsidi tengah tiris.
“Tidak ada kelangkaan, kalau langka berarti tidak ada barang. Memang sempat ada keterlambatan pengiriman, tapi sudah berangsur normal. Stok juga aman,” ujar Area Manager Communication, Relations & CSR, Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Barat, Eko Kristiawan, Minggu (14/8/2022).
Menurut Eko, Pertamina saat ini belum melakukan pembatasan atau pengendalian penyaluran BBM bersubsidi jenis pertalite dan solar. Meski begitu, dia mengimbau masyarakat untuk memakai BBM berkualitas dan ramah lingkungan, serta sesuai spesifikasi mesin, seperti Pertamax.
Sekretaris Perusahaan Subholding Commercial & Trading PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, saat dihubungi terpisah mengatakan stok pertalite dan solar secara nasional masih tersedia.
“Stok pertalite berada di level aman untuk stok 17 hari ke depan. Sementara stok solar aman dalam 19 hari ke depan. Terus diproduksi. Artinya stok secara nasional mencukupi,” tutur Irto.
Sinyal Naik
Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, sebelumnya memberikan sinyal bahwa pemerintah akan menaikkan harga BBM bersubsidi.
Rencana itu berembus seiring dengan terus bertambahnya anggaran subsisi hingga berpotensi menembus Rp 600 triliun.
“Jadi tolong sampaikan kepada rakyat, sulit menahan terus dengan harga BBM seperti sekarang. Harus siap dengan kenaikan BBM,” ujar Bahlil (12/8).
Menurut Bahlil, anggaran subsidi BBM senilai Rp 500-600 triliun yang saat ini dianggarkan pemerintah sama dengan 25 persen total pendapatan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Porsi anggaran itu tidak sehat. Ia mohon pengertian rakyat.
“Warga Papua saja tak protes jika harga BBM melambung sampai Rp 19 ribu per liter. Di wilayah lain, warga kerap keberatan jika harga BBM naik meski naik Rp 1.000-2.000 per liter,” ujarnya.
Menurutnya, inilah momentum untuk gotong royong, demi menjaga fiskal agar sehat. Terlebih lagi, harga minyak dunia terus melonjak.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, sudah meminta agar Pertamina bisa mengendalikan volume penyaluran BBM bersubsidi.
“Supaya APBN tidak terpukul.
Kalau tidak, alokasi subsidi dan kompensasi energi dapat melebihi dari pagu anggaran APBN yang sebesar Rp 502 triliun pada tahun ini, kata Sri Mulyani (10/8).
