Nasional

Koster Bantah Tuduhan Walhi, Banjir Bali Efek Alih Fungsi Lahan

KABARKALIMANTAN1, Denpasar – Saat bencana banjir Bali dikaitkan dengan alih fungsi lahan 2 rencana proyek (pembangunan Terminal LNG di Sanur dan Jalan Tol Mengwi-Gilimanuk), Gubernur Bali, Wayan Koster membantah dan memberi penjelasan.

Bencana banjir memang melanda sejumlah wilayah di provinsi wisata itu baru-baru ini. Tak hanya warga kecil yang terdampak, bahkan bule-bule alias wisatawan asing pun sampai harus dibantu tim SAR untuk mengungsi dengan perahu karet.

Koster menilai, setiap pembangunan pasti memakan lahan, termasuk persawahan. Namun, menurut Koster hal itu sudah diperhitungkan dan tak menggunakan banyak area.

“Pasti ada yang kena pembebasan lahan, cuma sawahnya tidak banyak. Hanya sekitar 200 hektare kalau tidak salah,” kata Koster di Denpasar, Bali. “Tapi kan nilai ekonomi seluruh kawasan itu, akan naik sekian kali lipat.”

Koster juga membantah jika pembangunan tersebut dikuatirkan akan berdampak ke depannya terhadap kondisi lingkungan di Bali. “Tidak. Ini kan sudah diperhitungkan, sudah ada amdal-nya. Wilayah itu, bukan wilayah uluh. Ini kan wilayah melintang. Beda kalau pembangunan itu dilakukannya di hulu, itu bisa berbahaya.”

Sayembara berhadiah Rp2 Juta bagi informan perusakan hutan yang diinisiasi Bupati Jembrana, seolah mengakui adanya alih lahan, meski dibantah gubernur. Selama bencana banjir di Jembrana, sekurangnya 18 desa terendam dan akses jalur utama lumpuh.

Selama bencana melanda, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali menyoroti banjir dan longsor di sejumlah wilayah di Pulau Bali, terutama di Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Jembrana. Mereka menilai bencana itu merupakan akibat dari alih fungsi lahan yang terjadi di Pulau Dewata.

“Bencana akhir-akhir ini yang sangat besar menimpa Jembrana dan Karangasem itu menurut hemat kami ditengarai efek dari ahli fungsi lahan yang signifikan. Salah satunya, pembangunan infrastruktur yang atraktif terhadap lingkungan,” kata Direktur Eksekutif Walhi Bali, Made Krisna Dinata alias Bokis, di Denpasar, Selasa lalu.

Menurutnya, alih fungsi lahan jelas menjadi salah satu penyebab dominan terjadinya bencana akibat intensitas hujan yang tinggi, seperti banjir dan longsor. Hal itu menunjukkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang di Bali sangat kurang. Selain itu, sedikitnya vegetasi di dataran tinggi atau lahan curam juga turut menjadi penyebab.

KTT G20 2022

Situasi tersebut semakin membuat cemas, terlebih momennya hanya kurang dari sebulan gelaran puncak KTT G20 di Bali. Bencana hidrometeorologi termasuk banjir bandang, bisa mengancam KTT itu.

Tagar #PrayForBali pun sempat bertengger di posisi daftar trending topic Indonesia pada media sosial Twitter imbas bencana banjir dan longsor di sejumlah wilayah pulau tersebut, dari Ubud hingga Jembrana.

“Sekarang tidak ada masalah. Banjir sudah diatasi . Aman. Sudah aman, apalagi yang dikhawatirkan?” kata Koster di Denpasar saat ditanya terkait dampak banjir Bali dan puncak KTT G20.

Dia juga menyebut, para pengungsi akibat bencana tersebut, termasuk di Jembrana, sudah ditangani. Ke depannya, Pemprov Bali akan merelokasi rumah-rumah warga yang terdampak banjir.

“Kalau dalam waktu jangka pendek ini pengungsian sudah ditangani, terutama di Jembrana. Kalau di luar Jembrana kan tidak ada. Makanan sudah disiapkan, dalam jangka panjang akan dilakukan relokasi warga di Jembrana, itu ada sekitar 20 KK,” kata politikus PDIP itu.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top
error: Content is protected !!