KABARKALIMANTAN1, Palangka Raya — Dua pekan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua membawa kesan mendalam bagi rombongan Pengurus Pusat (PP) Gerakan Sepakbola Wanita Indonesia (GSWI).
Tak hanya keindahan alam, tetapi juga keramahtamahan masyarakat Papua, sehingga rasa kekhawatiran yang selalu dibayangkan tentang Tanah Papua, langsung sirna.
“Masyarakat Papua telah membuat kami jatuh hati. Ternyata tidak seperti yang kita dengar selama ini,”ungkap Bendahara Umum GSWI Junaidi.
Saat menginjakkan kaki di Bandara Mopah Merauke, kedatangan ofisial sepakbola putri ini disambut hangat panitia setempat. Walau tidak tercatat dalam daftar kontingen resmi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kalimantan Tengah, tetapi dibantu panitia untuk bisa mendapatkan ID PON, yang terverifikasi di PB PON.
Di Merauke mereka menyewa rumah di Jalan Pendidikan, yang bersebelahan dengan tempat tinggal Pendeta Awete Takanuwai. Masyarakat sekitar menyambut baik kehadiran mereka. Bahkan Ester anak sang pendeta, bersedia membantu membersihkan rumah, dengan upah Rp 100 ribu per hari.
Walau tanpa pengawalan khusus dari anggota Brimob Polda Kalteng, tetapi tidak pernah terjadi hal-hal yang tak diinginkan, karena ternyata Merauke merupakan daerah yang sangat aman, yang diperkuat dengan pernyataan masyarakat pendatang yang ditemui di perjalanan.
Harga-harga kebutuhan pokok dan barang pecah belah pun tidak jauh berbeda dengan di Palangka Raya. Bahkan sayur mayur dan ikan pun lebih segar karena hasil pertanian warga setempat. Menurut sang pendeta dan beberapa warga, Merauke memang merupakan lumbung pertanian bagi kabupaten dan wilayah Indonesia bagian Timur lainnya.
Kepergian sejumlah pengurus GSWI ke Merauke, karena diutus Ketua Umum GSWI Nadalsyah, agar memantau langsung 6 tim sepakbola putri yakni Jawa Barat, Papua, Papua Barat, Kalimantan Tengah, Bangka Belitung dan DKI Jakarta, yang lolos ke PON. Sekaligus menyampaikan bantuan uang konsumsi Rp 5 juta kepada semua tim dan memberikan bonus dengan total Rp 145 juta bagi, juara I Rp 50 juta, II Rp 30 juta, III Rp 20 juta dan tiga tim lainnya masing-masing Rp 15 juta.
Pengurus GSWI juga menyempatkan diri menyambangi cabor lain untuk saling memberikan semangat kontingen Kalteng yang bertanding, yakni sepakbola putri, catur, anggar dan balap motor.
Setelah sembilan hari di Merauke, kemudian meneruskan perjalanan ke Jayapura, ibukota Papua. Awalnya saat di Merauke, sempat kesulitan mencari hotel di Jayapura. Tetapi Ketua GSWI Papua Natali, membantu mencarikan hotel, di kawasan Entrop yakni Hotel Batiqa.
Keindahan alam Jayapura semakin membuat para pengurus GSWI berdecak kagum, karena sepanjang perjalanan sekitar satu jam dari Bandara Sentani ke hotel, disuguhkan dengan pemandangan yang begitu mempesona.
Walau hanya dua hari saja di Jayapura dan belum bisa mengunjungi semua tempat wisata, tetapi ternyata Bumi Papua sejajar dengan provinsi lain di Indonesia, bahkan dalam beberapa aspek justru lebih unggul. Pembangunan infrastruktur sangat masif dengan standar dan kualitas internasional.
Tak lupa GWSI memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada masyarakat Papua dan Pemda setempat, karena telah sukses menyelenggarakan PON XX, walau dilaksanakan di tengah pandemi COVID-19. Tak salah “Torang Bisa”, bukan hanya sekedar semboyan saja tapi nyata dan terbukti. (TVA)
