KABARKALIMANTAN1, Palangka Raya — Wakil Ketua Komisi II DPRD Kalimantan Tengah, Bambang Irawan, mendesak pemerintah pusat maupun daerah untuk menelusuri keberadaan 24 ribu ekor itik petelur yang sebelumnya digelontorkan ke kawasan Food Estate Belanti Siang, Kabupaten Pulang Pisau.
“Ini menjadi tanda tanya besar. Ke mana itik-itik itu sekarang? Bagaimana kelanjutan pengembangannya? Padahal, sejak awal program ini digadang-gadang mampu mendorong peningkatan produksi pangan,” kata Bambang di Palangka Raya, Jumat (29/08/2025)
Legislator dari daerah pemilihan V yang meliputi Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas itu mengungkapkan, pada tahap awal program, kelompok tani penerima bantuan justru sempat mencatat surplus produksi telur dan memperoleh keuntungan signifikan. Namun kini, kondisi tersebut tidak lagi terlihat.
“Kalau dulu bisa surplus, seharusnya bisa berkelanjutan. Tapi faktanya sekarang, puluhan ribu itik itu tidak diketahui keberadaannya,” ujarnya.
Menurut Bambang, kondisi ini mencerminkan lemahnya perencanaan program sejak awal. Mulai dari pemilihan bibit, tata kelola kandang, hingga persoalan paling mendasar, yakni ketersediaan pakan.
“Harga pakan pabrikan yang mencapai Rp475 ribu sampai Rp500 ribu per sak membuat peternak tak sanggup bertahan. Kalau sudah begitu, ya jelas program ini tidak akan berhasil,” tegasnya.
Ia menilai ketiadaan sistem produksi pakan lokal menjadi salah satu kelemahan utama. Karena itu, sebelum meluncurkan program besar seperti Food Estate, menurut Bambang, pemerintah seharusnya lebih dulu membangun pabrik pakan di Pulang Pisau untuk menjamin keberlanjutan usaha peternak.
“Kalau semua kebutuhan, pakan, bibit, dan obat-obatan didatangkan dari luar, maka kita hanya jadi pasar, bukan pelaku utama,” katanya menambahkan.
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu juga menegaskan, agar program strategis nasional tidak berhenti sebatas proyek di atas kertas. Apalagi, Kalimantan Tengah memiliki peran penting sebagai salah satu penyangga utama Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Jangan sampai ini hanya menjadi proyek yang sia-sia. Kami akan menelusuri bagaimana pola pengadaan, harga pakan, dan sejauh mana potensi lokal benar-benar dimanfaatkan,” tutup Bambang.