KABARKALIMANTAN1, Sampit – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah bersiap menghadapi potensi dua bencana yang terjadi secara bersamaan tahun ini, karena adanya perbedaan musim di sebagian wilayah setempat.
“Baik bencana banjir maupun karhutla (kebakaran hutan dan lahan), dua-duanya sudah kami alami. Jadi, kalau pun hal itu terjadi secara bersamaan kami siap, tapi pasti ada ekstra dalam penanganannya,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam di Sampit, Selasa (4/6).
Berdasarkan prakiraan BMKG Kotim, terjadi perbedaan kondisi cuaca di wilayah itu mengacu analisa klimatologis. Kalimantan Tengah (Kalteng) terbagi atas 13 zona musim (ZOM) dengan tipe monsunal. Empat diantaranya berada di wilayah Kotim, yakni Kalteng 8, 9, 10, dan 13.
Hasil klimatologis menunjukkan bahwa wilayah Kalteng 9, 10 dan 13 yang meliputi wilayah tengah dan selatan Kotim akan memasuki masa transisi musim hujan ke musim kemarau pada Juni-Juli.
Selanjutnya, awal musim kemarau pada dasarian I Agustus dan puncaknya pada bulan yang sama. September siklusnya berputar kembali ke transisi musim kemarau ke musim hujan.
Sementara, pada Kalteng 8 yang meliputi wilayah utara Kotim tidak menunjukkan siklus musim yang sama dan diprakirakan tidak ada musim kemarau atau tetap berada di musim hujan sepanjang tahun.
Kondisi ini memungkinkan terjadinya dua bencana sekaligus di Kotim, yakni banjir di wilayah utara dan kebakaran hutan dan lahan, utamanya di wilayah selatan, sebab didominasi lahan gambut.
“Situasi seperti ini sudah pernah kita hadapi, contohnya pada 2022, kita menetapkan dua status tanggap kebencanaan secara bersamaan. Tapi, kami berharap hal ini juga menjadi perhatian masyarakat,” ujarnya.
Multazam menambahkan dalam menghadapi dua situasi kebencanaan sekaligus tentunya perlu penanganan ekstra dan hal ini tidak bisa dilakukan oleh satu instansi saja.
Dalam situasi seperti ini biasanya pemerintah daerah akan membentuk satuan tugas (Satgas) yang melibatkan beberapa instansi di bawah koordinasi BPBD Kotim untuk saling bahu-membahu meminimalkan dampak bencana yang terjadi.
Ia berharap adanya dua potensi bencana ini juga menjadi perhatian masyarakat agar sebisa mungkin turut mencegah dan mengurangi potensi bencana, khususnya terkait karhutla.
“Kami mengimbau masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar, karena merepotkan banyak orang. Memang cara itu lebih murah dan mudah, tapi risikonya besar dan menyebabkan kerusakan lingkungan. Mari kita jaga lingkungan kita untuk kebaikan bersama,” kata Multazam. (ANT)