KABARKALIMANTAN1, Pontianak – Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengingatkan Bunda Generasi Berencana (Genre) tentang peranan penting mereka melakukan pendampingan dan pembinaan kepada remaja dan generasi muda dalam merencanakan masa depan yang berkualitas.
“Selain itu Bunda Genre juga berperan dalam menyosialisasikan peran penting dalam menjaga ketahanan keluarga. Bunda Genre menjadi simbol dan panutan bagi remaja sehingga Bunda Genre harus mendengar, memperhatikan dan memotivasi semua lingkungan berkaitan dengan penanganan masalah ibu dan anak termasuk remaja,” ujarnya di Pontianak, Minggu (4/6).
Ia berhadap, Bunda Genre Kota Pontianak terus berinovasi untuk percepatan mengatasi permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus bangsa ini.
Edi berpendapat, peran Bunda Genre sekarang ini memang menjadi salah satu fokus pemerintah untuk mengatasi permasalahan, terutama di kalangan remaja, untuk mencapai Indonesia Emas pada 2045.
Namun demikian, katanya, penyelesaian permasalahan remaja, balita dan ibu hamil tidak hanya bisa dilaksanakan oleh pemerintah, tetapi harus berkolaborasi dengan seluruh pihak, terutama yang langsung bersentuhan dengan masyarakat.
Terkait dengan hal itu, katanya, TP-PKK memegang peranan penting karena kiprah PKK di lingkup masyarakat hingga tingkat kelurahan. Para kader PKK di tingkat kelurahan aktif dalam menjalankan peran bersama komunitas dan posyandu di lingkungannya.
“Sehingga jangkauannya sangat dekat dan luas di masyarakat dan kalau gerakan ini berkolaborasi secara optimal, saya yakin bisa mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi,” ujar dia.
Beberapa program dalam menangani persoalan itu, kata dia, memang sudah berjalan baik. Hal terpenting yang menjadi kunci dari pelaksanaan program agar tepat dan jitu adalah dengan mengantongi data yang akurat.
Selama ini, kata dia, kelemahan dalam penanganan berbagai persoalan dikarenakan kurang cerdas dalam mengolah dan menginventarisasi data sehingga data yang ada di lapangan tidak akurat dan menyebabkan program yang dilaksanakan tidak maksimal.
Ia mencontohkan tentang data sederhana, yakni jumlah ibu hamil sekarang yang sudah semestinya ada kolaborasi dalam memanfaatkan teknologi digital untuk mengoptimalkan pengelolaan data tersebut.
Contoh lainnya, katanya, terkait dengan peranan puskesmas, klinik bersalin, bahkan di tingkat kelurahan, saat seseorang akan melangsungkan pernikahan karena mereka meminta surat keterangan untuk menikah.
“Mulai sejak terdata jumlah pasangan yang menikah, artinya data itu sudah mulai dalam pantauan sehingga data ibu hamil, ibu melahirkan dan kelahiran bayi bisa terpantau. Yang terpenting adalah bagaimana mengatasi masalah-masalah kesehatan anak, misalnya gizi buruk dan stunting,” kata dia. (ANT)
