POLITIK

Wacana Anies-Gibran, Agen Perubahan-Status Quo Tak Sinkron

KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Wacana duet Anies-Baswwedan-Grbran Rakabuning Raka yang ditiupkan kubu Nasdem, memantik reaksi keras kubu Partai Demokrat, salah satu dari 3 partai yang tengah membangun Koalisi Perubahan bersama Partai Keadilan Sejahtera atau PKS.

Waketum Nasdem Ahmad Ali meminta pihak-pihak terkait tidak saling membungkam dan sensitif di tengah penjajakan koalisi antara partainya dengan Demokrat dan PKS.

Menurutnya, wacana yang disampaikan jajaran NasDem merupakan upaya untuk membangun sebuah pemikiran demi kepentingan bangsa Indonesia.

“Koalisi ini jangan saling membungkam, jangan sensitif. Wacana itu harus diwacanakan untuk kita semua, tidak ada yang dilanggar NasDem ketika kita mencoba membangun suatu pemikiran untuk kepentingan bangsa,” katanya.

Meski baru wacana, kubu Demokrat tanpak sensi. Bukan cuma lantaran telah sejak awal mendorong Ketum Agus Harimurti Yudhoyono sebagai Cawapres, tapi juga ide menggaet Gibran sebagai hal yang kontradiktif dengan label Koalisi Perubahan.

“Mewacanakan duet Anies-Gibran sudah keluar dari platform perubahan dan perbaikan yang sudah disepakati dalam penjajakan koalisi antara Partai Demokrat, Partai NasDem, dan PKS,” ujar Syahrial Nasution, Deputi Analisa Data dan Informasi Balitbang DPP Demokrat, Kamis (17/11/2022).

Platform Perubahan

“Kegenitan politik seperti ini lambat laun bisa menimbulkan distrust di kalangan masyarakat. Anies membawa platform sebagai agen perubahan. Jika Nasdem berselancar sendiri, apalagi bersekutu dengan status quo, maka misi sebagai agen perubahan, menjadi tidak sinkron. Bahkan menciptakan keraguan dan kebingungan.”

Menurut Syahrial, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh sudah berkorban cukup besar dengan mendeklarasikan Anies sebagai capres 2024. Dia secara intensif bersama Demokrat dan PKS menciptakan format koalisi terbaik untuk pilihan rakyat.

Oleh karena itu, dia mengatakan di akar rumput akan merasakan yang buruk bila format dan komunikasi koalisi yang sudah dirancang antara Nasdem, Demokrat, dan PKS, diganggu gimik politik.

“Jangan karena Anies sedang bertemu dengan Luhut Pandjaitan lantas diamplifikasi bahwa Anies-Luhut cocok dipasangkan, atau karena Anies ketemu Gibran, lantas diorkestrasi bahwa Anies-Gibran bisa jadi alternatif,” lanjutnya.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top