KABARKALIMANTAN1, Jakarta – Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka merespons komentar Ketua DPP PDIP Sai’d Abdullah soal pertemuannya dengan mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Ia memberi klarifikasi agar jelas duduk perkaranya.
Pertemuan itu telah membuat heboh petinggi beberapa partai. Gibran mengatakan, ia menggelar silaturahmi dengan Anies karena beberapa hal. Setelah sarapan bersama Anies di Hotel Novotel Solo, mereka berangkat bersama ke Haul ke-111 Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi di area Masjid Ar Riyadh, Pasar Kliwon, Selasa (15/11/2022).
Gibran sendiri mengaku banyak belajar dari Anies yang telah berpengalaman 5 tahun memimpin Jakarta, sekaligus menjalin hubungan baik. Ia tak melihat pertemuan itu sebagai upaya Anies memecah belah PDIP seperti dituduhkan.
“Memangnya silaturahmi itu untuk pecah belah? Yang namanya silaturahmi itu untuk mempererat persahabatan,” kata Gibran di Balai Kota Solo, Selasa (15/11).
“Enggak ada politik. Saya kan bukan di struktur partai. Tujuan saya silaturahmi bukan itu. Nggak ada negosiasi-negosiasi apa pun. Saya belajar dari beliau yang sudah berpengalaman, terutama soal tata kelola transportasi umum. Beda kubu, sama kubu, kabeh silaturahmi.”
Gibran pun menegaskan siap mendapatkan sanksi dari PDIP jika pertemuan itu dianggap tak sesuai ketentuan. “Siap. Mau ada teguran, hukuman, saya siap,” katanya.
“Tapi Gibran kan tidak ada di struktur partai? Bahwa PDIP yang mengusung dia jadi Wali Kota, memang benar. Tadinya kan calon Wali Kota orangnya Pak FX Hadi Rudyatmo, Ketua PDIP Solo,” ujar sumber redaksi, kader partai namun dekat dengan Pasoepati, fans Persis itu.
Dinilai Cari Untung
Sebelumnya, politikus PDIP Sa’id Abdullah bilang, “Anies Baswedan hanya cari untung dan ingin membuat partai pimpinan Bu Megawati Soekarnoputri dipecah belah dengan menemui Gibran.”
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Nasdem, Hermawi Taslim menilai tudingan itu terlalu sumir. Dia menganggap pertemuan tersebut adalah pertemuan dua kader bangsa yang memiliki wawasan. “Terlalu sumir lah kalau dikatakan Anies mencari untung pribadi dalam pertemuan tersebut,” kata dia, Selasa (15/11).
“Berhentilah berburuk sangka atas usaha seseorang yang tengah berusaha menjalin silaturahmi. Pertemuan tersebut justru mempererat persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat.”
Namun Hermawi mengakui kunjungan Anies ke beberapa wilayah, termasuk di Jawa Tengah menjadi bagian dari agenda kampanye. Terlebih, Anies telah dideklarasikan Nasdem sebagai calon presiden.
Senada, Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya mengatakan langkah yang ditunjukkan Anies dan Gibran memberikan pelajaran ke publik untuk menjauhi cara-cara berpolitik yang diwarnai permusuhan dan kebencian.
“Saya kira outcome dari pertemuan keduanya adalah warna politik yang dewasa. Keduanya juga menunjukkan politik yang rekonsiliatif. Praktik keduanya saya kira cukup memberikan pembelajaran bagi publik bahwa corak politik yang penuh permusuhan dan kebencian itu harus dibuang jauh-jauh,” kata Willy.
“Mau disebut manuver atau apapun, tidak masalah. Wong itu subjektif, enggak bisa dilarang juga. Tarung boleh, tanding boleh, tapi itu hanya ada di tataran gagasan saja.”
Anies mengaku pertemuannya dengan Gibran hanya berbagi pengalaman sebagai kepala daerah. Keduanya mengaku banyak berbicara soal tata kelola transportasi.
Terpisah, Kepala Badan Pembinaan Organisasi, Keanggotaan, dan Kaderisasi (BPOKK) Partai Demokrat, Herman Khaeron, tak ambil pusing soal sindiran kubu PDIP soal pertemuan Anies-Gibran.
“Jadi selama subjektif bicaranya, sektarian, itu memecah belah bangsa, dan akan memperlebar jurang polarisasi di tengah masyarakat. Justru kita harusnya bicara itu baik, untuk mencairkan suasana,” kata dia di kompleks parlemen, Selasa (15/11).
Anggota Komisi VI DPR itu juga mengkritik Sa’id yang menyebut Anies tak memiliki prestasi selama menjadi Gubernur DKI Jakarta. Menurut Herman, Sa’id tak melihat fakta capaian Anies selama menjadi gubernur.
