Manca

Rekor PM Inggris Tersingkat, Liz Truss Mundur Usai 45 Hari Terpilih

KABARKALIMANTAN1, London – Akhirnya Perdana Menteri (PM) Inggris, Liz Truss, mengumumkan pengunduran diri pada Kamis (20/10/2011) waktu setempat, hanya berselang 45 hari setelah ia terpilih. Truss adalah tokoh unggulan Partai Konservatif.

Menurut catatan redaksi, sebelum Truss, rekor jabatan PM Inggris tersingkat dipegang Alec Douglas-Home, juga dari Partai Konservatif. Ia menjabat selama periode 16 Oktober 1964 – 28 Juli 1965 atau 287 hari.

Kala itu Douglas-Home diserang oleh pemimpin partai pesaing yakni Partai Buruh, Harold Wilson dengan menyebutnya sebagai “anakronisme yang elegan”, atau sosok elegan walau bukan orang yang tepat di posisinya.

Beda dengan Truss, yang justru diserang oleh anggota parlemen dari partai yang sama, Konservatif. “Saya tidak bisa meneruskan mandat yang membuat saya dipilih oleh Partai Konservatif,” ujar Truss saat mengumumkan pengunduran dirinya.

Namun, Truss menyatakan bahwa ia akan tetap memimpin Inggris hingga penggantinya terpilih. Inggris bakal menggelar pemilihan PM baru pekan depan. Ia mundur di tengah desakan publik, setelah Inggris diterpa berbagai krisis yang mencekik setelah ia berkuasa.

Truss sempat meminta maaf atas kesalahan kebijakannya yang menyebabkan banyak investor kabur, sehingga krisis ekonomi kian memburuk di tengah ancaman resesi.

Baru-baru ini, Truss menerapkan sejumlah kebijakan ekonomi yang cukup kontroversial bagi para elite Inggris. Pada 23 September, misalnya, Truss dengan penuh percaya diri mengumumkan strategi peningkatan pertumbuhan ekonomi yang stagnan selama beberapa tahun terakhir.

Strategi itu mencakup pemangkasan tarif pajak hingga 45 persen dan meningkatkan pinjaman pemerintah. Bank Sentral Inggris sampai-sampai harus melakukan intervensi untuk mencegah dana pensiun terseret dalam kekacauan tersebut.

Tak hanya itu, seorang anggota parlemen Partai Konservatif mengungkapkan kebijakan politik Truss menyebabkan banyak kerusakan.

Para anggota parlemen dari Partai Konservatif mendesak Truss mundur setelah pemerintahan yang ia pimpin, menghadapi krisis menyusul pembatalan kebijakan ekonomi. Sejumlah kebijakan ekonomi ini harus dianulir sendiri oleh pemerintah karena telah mengguncang pasar.

Krisis menyebabkan Truss memecat sekutu dekatnya dan Menteri Keuangan, Kwasi Kwarteng. Kekacauan kian parah dengan mundurnya Menteri Dalam Negeri, Suella Braverman.

Reaksi atas mundurnya PM Inggris yang datang dari luar negeri beragam. Ada yang bersimpati, tapi ada yang meledek. “Saya berharap Inggris dapat menciptakan kestabilan secepat mungkin,” kata Presiden Prancis, Emmanuel Macron, sembari menyatakan ikut sedih atas hal ini.

Sikap Rusia tak demikian. Maklum, Inggris adalah bagian dari NATO yang menyetujui embargo ekonomi lewat penghentian pembelian gas dan minyak Rusia pascaperang vs Ukraina.

“Rusia tidak pernah mengenal perdana menteri yang memalukan seperti itu. Kebodohan yang merupakan bencana besar. Pemakaman Ratu Elizabeth, tak lama setelah audiensinya dengan Liz Truss, akan terus diingat,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Maria Zakharova.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

To Top